24 Desember 2008. Untuk pertama kalinya kamu mengajakku "kencan". Tampak seperti kencan biasa saja sebetulnya. Nonton, makan. Tapi siapa yang menyangka itu akan menjadi awal dari segalanya. Awal dari kehidupan kita. Kamu hadir dengan cara yang sederhana, tidak muluk-muluk, dan tidak banyak janji. Mungkin saja caramu tidak benar. Mungkin juga aku salah. Tapi kuyakin, kamu punya alasan. Seperti halnya aku juga punya alasan untuk memilihmu saat itu. Dan BUKAN alasan yang sederhana tentu saja.
Tak seperti cerita dongeng puteri yang indah tanpa cela. Begitu juga perjalanan kita. Banyak kerikil. Banyak batu. Dan tak jarang karang terjal. Satu persatu kita lalui dengan tidak mudah. Pernah ku menanyaimu, mengapa kamu memilihku. Aku tau aku bukan tipemu. Sebaliknya, kamu juga bukan tipeku. Kita berbeda. Dunia kita tak sama. Aku idealis. Sedangkan kamu ngeflow abis. Lalu apa jawabmu? Aku suka spiritmu. Aku suka semangatmu. Kamu seperti matahari, selalu bersinar. Ahh kalau yang ini pasti kamu sedang menggombal.
Tak sepertiku yang selalu mempertanyakan perasaanmu, kamu tak pernah mempertanyakan perasaanku. Apakah semua pria seperti itu. Entahlah. Mungkin kamu terlalu yakin dengan perasaanku. Atau kamu kuatir aku akan mengatakan yang tidak sesuai dengan harapanmu. Sudah benar, kamu tak perlu menanyaiku. Aku memilihmu. Itulah jawabanku. Itu saja.
Tapi jika kamu menanyaiku, tentu saja aku akan menjawabnya. Kalau kamu menanyaiku dulu dan sekarang, mungkin jawabannya akan sedikit berbeda. Aku masih menyukai kamu yang sipit. Aku masih menyukai kamu yang tak pernah berkata kasar. Aku masih menyukai kamu yang sabar dan tak pernah marah. Tapi sekarang aku lebih menyukaimu lagi. Aku menyukai kamu yang menerimaku tanpa syarat. Aku menyukaimu yang selalu mendukungku. Aku menyukaimu yang selalu memberiku kebebasan untuk melakukan apapun yang aku sukai, dan aku menyukaimu yang selalu membiarkanku bahagia dengan caraku sendiri. Dan kurasa, ini tak akan kutemukan pada siapapun, di manapun.
21Januari 2012. Keputusan terbesar dalam hidupku. Begitu juga kamu. Jalan kita tidak mudah. Proses kita juga tidak sederhana. Tidak serba ada. Tidak juga semua tersedia. Kita berdua memulainya tanpa apa-apa. Kerikil dan batu sudah biasa. Bahkan tak jarang karang pun kita hadapi bersama. Tak selalu indah. Kita tak selalu saling memuja. Tak jarang kita berdebat, tak jarang kita bertahan dengan ego kita. Aku pernah menyakitimu. Kamupun pernah menyakitiku. Yang kutahu, itu karena aku mencintaimu, dan kamu mencintaiku. Kita berproses. Kita berproses dengan iringan tangis dan tawa bocah kecil bermata bulat, yang "memaksa" kita untuk selalu belajar dan belajar, menjadi orang tua.
Enam tahun kini. Dan itu belum seberapa. Lihatlah bapak dan ibu kita. Tak hanya enam tahun, sepuluh tahun, atau dua puluh tahun. Hampir lima puluh tahun mereka bersama. Bayangkan, setengah abad menghadapi orang yang sama. Apakah mereka tidak bosan? Apakah mereka tidak lelah? Apakah mereka pernah menyerah? Aku yakin mereka pernah melalui semuanya. Tapi lihatlah mereka sekarang. Tak lagi muda, tapi tetap saling menerima dan setia. Tampak tua dan lelah, tapi tetap saling menjaga. Aku melihat mereka. Dan aku melihat kita. Mereka adalah kita.
Kita akan tetap berdebat, tapi kita juga akan saling memuja. Kita akan tetap saling mengkritik, tapi kita akan saling membanggakan. Kita akan menua dan tak lagi berdaya. Tapi kita akan saling setia. Seperti Bapak dan Ibu. Karena mereka adalah kita.
Terima kasih Bapak, Ibu telah menunjukkan padaku, kepada kami, apa itu cinta yang sesungguhnya. Cinta itu menerima. Cinta itu menjaga. Dan menikah itu tak hanya setahun, dua tahun, atau enam tahun, tapi selamanya. Ingatkan aku saat ku lelah. Dan saat kamu lelah, aku juga akan mengingatkanmu. Masa itu. Perjuangan kita. Baca juga http://ceritamamijuno2.blogspot.co.id/2017/01/dear-husband-on-our-5th-wedding.html
Terima kasih Bapak, Ibu telah menunjukkan padaku, kepada kami, apa itu cinta yang sesungguhnya. Cinta itu menerima. Cinta itu menjaga. Dan menikah itu tak hanya setahun, dua tahun, atau enam tahun, tapi selamanya. Ingatkan aku saat ku lelah. Dan saat kamu lelah, aku juga akan mengingatkanmu. Masa itu. Perjuangan kita. Baca juga http://ceritamamijuno2.blogspot.co.id/2017/01/dear-husband-on-our-5th-wedding.html
Happy 6th anniversary dear husband, my best friend, my everything.
love you as always, me
This is for you: