expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Thursday 27 July 2017

Tempat Nongkrong Asyik di Jogja Selatan : Agenda Resto and Vibes Yogyakarta

Hai, ketemu lagi nih dengan Mami Juno. Postingan saya kali ini masih seputaran kuliner dan tempat nongkrong yang asyik. Bagi kalian yang suka hangout sama teman-teman di tempat-tempat yang seru, tempat yang saya ulas kali ini kayaknya cocok banget deh untuk dimasukkan ke list. Kali ini saya mau mengulas sebuah kafe yang berada di Jogja selatan, yaitu di Jalan Prawirotaman 2 No. 629 , tepatnya di Rooftop Greenhost Hotel). Bagi yang belum tau, Greenhost Hotel ini makin populer saat menjadi salah satu lokasi syuting film AADC 2. Kalau nggak salah pada salah satu adegan, Cinta (Dian Sastro) menghadiri sebuah pameran seni, nah lokasi yang dijadikan galeri di film tersebut adalah Greenhost Hotel. Dan kafe yang akan saya ulas ini berada di rooftop nya Greenhost Hotel.


Greenhost hotel




interiornya unik ya
tersedia area smoking dan non smoking

Hari Jumat minggu lalu, Novi ngajak saya ketemuan. Novi ini sahabat saya sejak jaman kuliah dulu, orangnya seksi dan gaul abis (hahaha, promo...piss Nov!!). Akhirnya kami memilih Agenda Resto and Vibes, yang memang belum pernah kami datangi. Kali ini saya membawa Juno (lagi). Heran ya, ke kafe kok bawa anak kecil sih? Begini, setiap saya ada acara di luar dengan teman, dan bukan urusan pekerjaan, selalu saya menawari Juno untuk ikut. Kadang-kadang saya ajak papinya juga. Kadang-kadang yang diajak mau, kadang-kadang juga nggak mau. Dan minggu lalu saat saya mau ke Agenda, kebetulan papi Juno sedang ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal, jadi saya ajak Juno. Karena akan mengajak Juno, tentu saja kami memilih tempat yang menurut kami nyaman. Sebelumnya saya sempat googling mengenai Agenda Resto and Vibes, dan menunjukkan foto-fotonya kepada Juno. "Juno, mami mau ke sini, Juno mau ikut nggak?", tanya saya. Dan dia menjawab "ya". Fix, akhirnya saya membawa Juno.

area bar



ada mas DJ di salah satu sudut
Jam 19.00 kami berdua tiba di Agenda. Dan seperti biasa teman saya belum datang (lain kali on time ya tsayy). Kami langsung menuju ke rooftop dimana Agenda berada. Sambil menunggu teman saya, kami memesan makanan dan minuman. Sekali lagi, jika akan membawa serta Juno, ada 2 kriteria tempat makan yang saya pilih, pertama tempatnya harus nyaman dan terang (bukan yang remang-remang), dan banyak pilihan menu, sehingga Juno bisa memilih makanan yang dia suka. Seperti biasa, menu makanan yang "aman" dan Juno pasti suka adalah sop. Untuk Juno, saya memesan Soulful Chick Soup, lengkap dengan sepiring nasi tentu saja, dan segelas hot tea. Sama seperti saya, Juno juga penggemar teh. Dan dia tidak suka yang dingin, tapi teh panas/hangat. Emaknya banget deh, hehehe. 

soulful chicken soup 30rb

ini isi soupnya, hemm yummy...

daftar menu


Setelah pesanan kami datang, Juno tidak mau saya suapin dan memilih untuk makan sendiri. Yeiii, good job, son. Dan sepiring nasi dihabisin sendiri oleh Juno (ini beneran lho karena emaknya nggak makan nasi). Separuh sop masih tersisa dan Juno meminta saya untuk menghabiskannya. Hemmm, soulful chick soupnya enak banget, gurih dan bumbunya berasa banget. Asli enaklah pokoknya. Sekitar 30 menit kami menunggu, teman saya datang. Setelah cipika cipiki dan haha hihi sebentar, kami memesan 1 Aglio Pasta With Beef, 1 Mozarella Bites, 1 lagi Soulful Chick Soup untuk teman saya dan 1 hot cappucinno. Sambil menunggu pesanan datang, tak lupa kami foto-foto dulu. Dan kalau jalan sama teman saya ini, saya harus siap jadi fotografer pribadinya. Begitu juga saat di Agenda, 1 pose bisa 10 kali jepret, hadeh.

hot cappucino 30rb

aglio pasta with beef 55 rb

mozarella bites 45rb
Saat kami di sana pengunjung tidak begitu ramai, namun makin malam justru semakin ramai. Yang unik dari restoran ini adalah desain interiornya keren banget, modern dan sangat instagramable. Cucok banget buat selfie-selfie. Oiya, areanya dibagi menjadi dua, area smoking dan non smoking. Tentu saja kami memilih yang non smoking. Kami sempat melihat-lihat area smoking, di mana di sana terdapat bar dan di salah satu sudutnya ada seroang DJ (Disk Jockey) yang sedang memainkan lagu-lagu dengan ritme slow. Ternyata foto-foto bikin laper juga ya. Puas foto-foto, kami menikmati pesanan kami. Mozarella bitesnya, empuk dan gurih banget. Bagi saya, standar makanan enak adalah ketika Juno suka, itu berarti beneran enak. Sementara Aglio pasta with beefnya, enak sih tapi menurut saya pastanya agak keras. Overall, dari semua menu yang kami pesan, Soulful Chick Soup dan Mozarella Bitesnya enak banget. 



salah satu sudutnya
lantai 1 Greenhost Hotel

Kalau dua perempuan ketemu, ngobrol, dan di hadapannya ada makanan enak, sudah pasti lah, waktu berlalu dengan sangat cepat. Ngobrol ngalor ngidul, dari yang penting sampai nggak penting, tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 10.30. Dan ternyata makin malam kafe ini semakin ramai loh. Tiga jam lebih kami menghabiskan waktu di Agenda, dan selama itu Juno betah banget, nggak ngajak pulang. Artinya, tempatnya memang nyaman. Nah, bagi kalian yang hobi nongki syantik, tempat ini bisa dijadikan pilihan. Selain tempatnya nyaman, instagramable banget, juga tersedia banyak pilihan menu. Dan satu lagi, kalau siang hari, di sana kita bisa melihat area budidaya tanaman hidroponik yang subur dan hijau, yang juga berada di rooftop Greenhost Hotel (akhirnya saya tau mengapa hotel ini dinamakan Greenhost, karena banyak tanamannya). Soo...Tunggu apa lagi, yukk ahh masukkan ke list.

Agendo Resto and Vibes 
Jalan Prawirotaman 2 No. 629
(Rooftop Greenhost Hotel)
Senin-Kamis : 11.00 - 00.00
Jumat-Minggu : 11.00 - 02.00




Friday 21 July 2017

Mencicipi Mie Lethek Obama di Restoran Bumi Langit Imogiri Bantul

Masih ingat 'kan dua minggu lalu Kota Yogyakarta menjadi perhatian dunia saat Obama berkunjung dengan maksud untuk "mudik"? Ya, mantan orang nomor satu di Amerika tersebut berkunjung ke Yogyakarta pada tanggal 28-30 Juni yang lalu, bersama keluarganya. Bukan sekedar kunjungan biasa, tapi kunjungan Obama dan keluarganya ke Yogyakarta kali ini dengan tujuan untuk bernostalgia, karena memang Obama sempat menikmati masa kecilnya di Kota Gudeg ini. Keren banget ya. Obama gitu loh. Foto-foto Obama dan keluarga saat berkunjung ke Yogyakarta kemarin sempat viral di media online, salah satunya adalah saat Obama menikmati makan siang di sebuah restoran di daerah Mangunan, Imogiri, Bantul selepas menikmati keindahan alam di Puncak Becici. Ya, restoran tersebut bernama Bumi Langit.

Jalan Imogiri-Mangunan Km.3 Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul

Jalan menuju lokasi

Restoran Bumi Langit
Sejak terpilih menjadi lokasi makan siang Obama sekitar dua minggu yang lalu, banyak media memberitakan restoran ini. Pasti pada penasaran 'kan kira-kira apa ya alasannya restoran ini terpilih sebagai lokasi makan siang Obama? Atau menu apa ya yang dipesan oleh Obama? Tempatnya seperti apa sih? Nah biar nggak pada penasaran, pada postingan kali ini saya akan mengulas Restoran Bumi Langit yang semakin ngehits sejak kedatangan Obama beberapa waktu lalu. Bahkan tadi siang saya sempat ngobrol dengan pemiliknya juga loh.

Hari ini (Kamis, 20/6) saya dengan beberapa teman ada urusan pekerjaan di daerah Imogiri, Bantul. Dan saat makan siang kami berkesempatan "mampir" ke  Restoran Bumi Langit yang berlokasi di Jalan Imogiri-Mangunan Km. 3 Desa Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Kalau kita hendak menuju Hutan Pinus Mangunan dari arah Yogyakarta, pasti melewati restoran ini, tepatnya sekitar 300 meter setelah obyek wisata Watu Bego, kita akan melihat plang bertuliskan "Bumi Langit" di kiri jalan. Ikuti saja jalan tersebut, lokasi Restoran Bumi Langit berada sekitar 100 meter dari plang tersebut. Saya beberapa kali melewati jalan Imogiri-Mangunan, dan melihat plang tersebut, namun saya tidak menyangka Bumi Langit adalah nama sebuah restoran. Saya kira itu adalah plang yang menunjukkan arah ke suatu lokasi obyek wisata. Maklum, di sepanjang jalan tersebut memang terdapat banyak obyek wisata. Bahkan saat restoran ini viralpun, saya masih belum ngeh bahwa yang dimaksud adalah Bumi Langit yang saya kira adalah nama suatu obyek wisata tadi. Dan baru tadi siang saya ngeh, bahwa lokasinya sering saya lewati. Hadehhh.


Ingat, hari Senin libur
Dari plang yang berada di tepi jalan, kita akan melalui jalan berbatu sekitar 100 meter untuk tiba di lokasi. Sekitar jam 12.00 kami berenam tiba di sana. Saat kami tiba di sana, pengunjung belum begitu ramai, hanya beberapa orang pengunjung saja. Restoran ini berupa bangunan berbentuk Joglo yang berada di area perbukitan, sehingga di salah satu sisinya kita bisa melihat pemandangan di bawah sana. Yang unik dari restoran ini adalah adanya tulisan yang mengharuskan pengunjung untuk melepas alas kaki, maksudnya bagus, supaya tempatnya selalu bersih.

Selain pengunjung diharuskan melepas alas kaki, yang unik dan menarik dari restoran ini adalah restoran ini sangat mengutamakan nilai-nilai Halal la Thoyyiban, segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh haruslah baik dan bermanfaat bagi tubuh kita. Semua bahan baku makanan yang digunakan di restoran ini berasal dari kebun sendiri. Dan yang paling penting, semua makanan yang tersedia di sini adalah 100% organik, semua bahan bakunya berasal dari tumbuhan yang disuburkan dengan pupuk organik, dan bebas pestisida. Tidak hanya bahan bakunya yang organik, namun cara pengolahannyapun sangat sehat karena non MSG atau penyedap kimiawi. Keren banget 'kan. Inilah alasan utama mengapa restoran ini terpilih sebagai lokasi makan siang Obama dan rombongan. Keluarga Obama sangat menghargai konsep ini, istri dan adik Obama sudah mengenal restoran ini saat mereka di Amerika, sehingga saat berkunjung ke Yogyakarta, mereka memilih tempat ini.

Nasi Campur 30 ribu

Mie Lethek Goreng 35 ribu

Mie Lethek Rebus/Kuah 35 ribu
Untuk menunya, jangan kuatir, walaupun hanya menyediakan makanan organik, namun menu di sini cukup variatif kok, begitu juga minumannya. Untuk makanannya, yang paling populer tentu saja mie lethek dan nasi campurnya. Mie lethek adalah bakmi khas Bantul yang terbuat dari tepung singkong dengan warna yang cenderung kusam, sehingga disebut Mie Lethek (lethek:kusam). Tapi jangan salah ya, walaupun lethek, rasanya maknyus banget deh. Kuah panas, ditambah potongan ayamnya yang cukup banyak, dan telur ayam, cocok banget dinikmati dingin-dingin sambil melihat pemandangan di bawah bukit. Mie lethek tersedia rebus dan goreng. Dua-duanya sama enaknya. Menurut Pak Iskandar, sang pemilik restoran ini, Mie Lethek merupakan salah satu menu yang dipesan oleh Obama. Dan mantan orang nomor satu di Amerika itupun sangat menikmati sajian Mie Lethek organik di Restoran Bumi Langit ini. 

teh poci 10 ribu

Kefir madu 25ribu

yang ini bisa untuk oleh-oleh, semuanya organik


Selain mie lethek, tadi siang kami juga mencicipi menu nasi campurnya. Bahan baku utama nasi campurnya adalah beras coklat, nasinya lebih berserat dibandingkan beras putih biasa. Katanya sih beras coklat cocok untuk diet, seperti halnya nasi merah. Sesuai namanya nasi campur, nasi coklat disajikan dengan berbagai macam sayur dan lauk, ada oseng terong, oseng kacang panjang, sambel teri, tahu dan tempe. Pokoknya yummy banget deh. Untuk minumannya, selain minuman tradisional dan minuman "biasa" seperti teh poci, teh gula batu, wedang tape, wedang jahe, minuman yang spesial di restoran ini yaitu Kefir. Kefir merupakan susu sapi yang telah difermentasi. Agak-agak mirip yoghurt gitu deh, tapi lebih asam lagi. Supaya tidak terlalu asam, Kefir bisa ditambahkan madu atau selai buah. Kefir ini baik dikonsumsi oleh penderita maag loh.




Saat jam makan siang, restoran ini dipenuhi oleh pengunjung. Tak hanya orang lokal saja, namun banyak juga wisatawan asing yang bersantap siang di restoran ini. Selain menjual makanan dan minuman matang, di sini juga menjual bahan bakunya lho. Kembali soal kunjungan Obama dua minggu lalu, tadi siang Pak Iskandar sang pemilik menceritakan bagaimana ceritanya hingga restoran ini dipilih sebagai lokasi makan siang Obama dan rombongan. Menurut Pak Iskandar, beliau tidak memiliki persiapan khusus untuk menyambut kedatangan Obama, karena pada pagi harinya beliau baru memperoleh informasi bahwa Obama akan makan siang di sana, jadi tidak ada persiapan khusus, hanya berbekal bahan baku yang tersedia pada saat itu saja. Hemm, bisa jadi karena semua bahan bakunya dihasilkan sendiri, jadi Pak Iskandar tidak terlalu pusing menyiapkan bahannya ya. Masih menurut Pak Iskandar, hidangan untuk Obama dan rombongan seperti mie lethek, sambel terong, nasi campur, nasi goreng, dan berbagai menu lainnya disajikan secara prasmanan, dan menghabiskan sekitar Rp 4 juta untuk sekitar 40an orang.




Bumi Langit berada di atas area dengan luas sekitar 3 hektar, dimana selain sebagai restoran, tempat ini juga menjadi tempat tinggal sang pemilik, dan area perkebunan tanaman organik. Selain itu, Bumi Langit juga merupakan tempat pelatihan bercocok tanam organik yang mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan kemanfaatan. Tertarik untuk mencicipi menu di Restoran Bumi Langit? Atau penasaran dengan menu yang dipilih Obama? Silahkan datang ke Restoran Bumi Langit di Jalan Imogiri-Mangunan, Desa Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Buka jam 08.00 - 18.00, jangan lupa restoran ini tutup setiap hari Senin. Selamat mencicipi ya.

ps: oiya ini video suasana di Restoran Bumi Langit, check it out!





Monday 17 July 2017

Rumah Hobbit Yogyakarta, Negeri Dongeng di Tengah Hutan Pinus

Bersyukurlah kita yang tinggal di Jogja, karena Jogja memang surganya wisata murah meriah. Tak perlu jauh-jauh ke luar kota atau pulau, mau lihat gunung, laut, candi, museum, hutan bakau, hutan pinus, taman lampion, taman lampu, galeri seni semuanya ada. Udah deket, masuknya murah pula. Kurang apa coba

Kali ini saya akan mengulas salah satu obyek wisata di Jogja yang lagi ngehits juga. Tempatnya sudah pasti dong, instagramable banget. Udah gitu tiket masuknya murah banget. Namanya Rumah Hobbit. Lucu ya namanya. Sebenarnya Rumah Hobbit itu apa sih? Rumah Hobbit adalah semacam bangunan dari kayu yang dibuat ala-ala negeri dongeng. Kurang lebih kayak rumah kurcaci di cerita dongeng gitu deh. Rumah Hobbit berada satu area dengan obyek wisata Seribu Watu Songgo Langit yang berada di area yang tidak jauh dari Hutan Pinus Mangunan, tepatnya di Jalan Hutan Pinus Nganjir, Mangunan, Dlingo, Bantul.

Rumah seribu kayu di Seribu Batu Songgo Langit
Beberapa hari yang lalu saya mampir ke Rumah Hobbit (Seribu Watu Songgo Langit) bersama beberapa teman. Lokasinya tidak jauh dari Hutan Pinus Mangunan, tepatnya sekitar 500 meter di bawahnya. Sepertinya obyek wisata yang satu ini memang belum lama dibuka, karena sekitar bulan Maret saya melewati kawasan tersebut saat hendak menuju Puncak Becici (Hutan Pinus Becici), namun saya belum melihat obyek wisata ini. Atau mungkin saat itu saya yang kurang memperhatikan? 

pintu masuk

jembatan kayu menuju lokasi




ada panggungnya juga
Sekitar jam 12.00 siang kami tiba di sana, dan pengunjungnya cukup ramai. Untuk parkir, pengunjung dikenai biayai Rp 3.000,- untuk sepeda motor dan Rp 10.000,- untuk mobil. Dan untuk tiket masuknya, pengunjung cukup membayar Rp 2.500,-/ orang. Murah banget 'kan? Jogja gitu loh, hehehe. Selain terdapat warung-warung makan yang dikelola oleh penduduk setempat, di sini juga sudah ada fasilitas umum seperti toilet dan mushola. Karena berada di tengah hutan pinus, mau pagi, siang atau sore, udaranya sejuk banget, jadi nggak perlu takut kulit jadi gelap karena kepanasan. Untuk menuju ke lokasi, kita harus melalui jembatan kayu, tak perlu takut, aman kok. Sesuai dengan namanya, Seribu Watu Songgo Langit, di sini kita akan melihat batu-batu besar. Hemmm, saya tidak yakin jumlahnya ada ribuan sesuai dengan namanya, tapi kalau dihitung jumlahnya di sepanjang hutan pinus, bisa saja jumlahnya ribuan.

sejuk dan adem

siapa mau berfoto di sini?


jangan lupa foto di sini juga ya

Yang menarik dari obyek wisata ini adalah adanya rumah-rumah berbentuk segita tiga yang terbuat dari kayu dan ranting-ranting pohon. Tak hanya rumah kayu berbentuk segitiga, di sini juga terdapat beberapa spot foto lainnya yang juga terbuat dari kayu dan ranting. Tak jauh dari rumah-rumah kayu berbentuk segitiga, terdapat bangku-bangku pendek dan panggung yang juga terbuat dari kayu. Kayaknya sih di waktu-waktu mendatang panggung ini akan digunakan sebagai tempat pertunjukan, musik misalnya.


batu-batu besar yang ada di sana

mau dong foto sama beruang juga seperti adik ini

Rumah Hobbit, tidak perlu jauh-jauh ke Selandia Baru
Saya masih penasaran dengan yang namanya Rumah Hobbit. Berada di balik batu besar, terdapat bangunan menyerupai rumah dengan ukuran kecil. Saya coba googling tentang Bangsa Hobbit yang ada di cerita-cerita dongeng. Bangsa Hobbit digambarkan bertubuh pendek dan tingginya hanya separuh tubuh manusia biasa. Mereka memiliki telinga berujung runcing dan perut yang buncit, serta tidak berjanggut. Kira-kira bentuknya seperti kurcaci gitu deh. Bangsa Hobbit tinggal di perbukitan dengan membuat rumah di dalam pohon dengan lorong-lorong yang indah dan tertata rapi, dan memiliki perabotan sama seperti manusia (sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Hobbit). Ohh ini tho yang dimaksud Rumah Hobbit? Begitu pikir saya saat melihat bangunan mungil yang dikerumuni pengunjung yang ingin berfoto di sana. Agaknya spot ini terinspirasi oleh Hobbiton, di Selandia Baru yang menjadi lokasi pembuatan film The Hobbits Trilogy dan The Lord of the Rings Trilogy (sumber: http://www.newzealand.com/id/feature/the-hobbit-trilogy-filming-locations/). Tuhhh kan, nggak perlu jauh-jauh ke Selandia Baru, di Jogja juga ada Rumah Hobbit. Penasaran 'kan? Yukk ahh cuss dijadwalkan acara jalan-jalannya ke Rumah Hobbit dan Seribu Watu Songgo Langit, Jalan Hutan Pinus Nganjir Mangunan Dlingo, Bantul. Jangan lupa dipuas-puasin selfienya ya.




Friday 14 July 2017

Fakta Usia 35, Baper, Matang dan Bahagia (Flash Back)

Ada yang suka baperan kalau ditanya umur? Hayo ngaku saja, hehehe. Jujur, saya termasuk orang yang suka baper kalau ditanya umur. "Mbak, umurnya berapa?" Kalau ditanya ini, biasanya dengan malu-malu kucing saya jawab, "Saya ini sudah tua lho, angkatan tua." Tuh mulai keluar deh bapernya. Padahal pertanyaannya umurnya berapa, bukan "Mbak angkatan berapa?". Atau kalau nggak gitu, saya menjawab dengan balik bertanya. "Coba tebak umur saya berapa?" Nah loh ditanya bukannya jawab malah balik bertanya. Yah, begitulah perempuan, seringkali tindakannya absurd dan membingungkan. Tapi kalau tidak sesuai dengan keinginannya, kalau nggak mutung (ngambek), ya paling ngomel. Contohnya? Banyakkk. Misalnya, pasangan kita ngajak makan, lalu dia nanya, "Pengin makan di mana?" Kalau lagi nggak ada ide, pasti kita jawab gini, "Terserah kamu aja." Dan setelah sampai di tempat yang dipilih pasangan, begini komentar kita, "Kok di sini sih, di sini kan...bla bla bla..." Sering terjadi 'kan? Berarti beneran perempuan kalo gitu, hehehe.

Okey, kembali soal baper tadi ya. Sebenarnya ada dua pertanyaan yang bikin perempuan mendadak baper. Dua-duanya seputar angka, yaitu umur dan berat badan. Cuma angka sih sebenarnya, tapi kenapa sih sebagian besar perempuan jadi baper kalau ditanya dua hal ini? Begini, pada dasarnya perempuan tidak mau dibilang tua dan gendut, jadi jika ditanya soal umur dan berat badan, perempuan jadi lebih sensitif. Nggak semua sih, tapi saya termasuk yang iya, hehehe. 



Kata orang memasuki usia 30+ menjadi "momok" bagi sebagian perempuan. Bisa jadi hal ini dikarenakan tiga hal yang erat kaitannya dengan usia, yaitu penampilan, kesehatan dan karier. Saya teringat obrolan saya dengan seorang teman beberapa tahun lalu, "Hen, tau gak, dulu waktu muda gw tuh langsing banget loh. Apalagi jaman SMU dan kuliah, bisa dibilang gw tuh primadonanya. Pacar gw saat itu cowok paling keren di sekolah. Apalagi jaman kuliah, pacar gw banyak. Begitu cerita teman saya saat itu. Dia bercerita sambil memandangi tubuhnya di depan cermin. Saya yang saat itu sedang main ke rumahnya mendengar ceritanya sambil menemani bermain anak perempuannya yang saat itu berusia 3 tahunan. Sesekali teman saya bercerita sambil menerawang dan saya sesekali terkekeh mendengarnya. Sepertinya dia mengenang kembali kemasa lalu yang tampaknya sangat dia rindukan. Selain bercerita tentang masa lalu yang dia rindukan, teman saya ini juga sering bercerita tentang kehidupannya saat ini, dan masih saja, membandingkannya dengan kehidupan saat melajang dulu. "Hen, dulu pacar gw tuh care banget, romantis. Beda banget sama suami gw sekarang. Kalo suami gw orangnya cuek banget". Begitu ceritanya di lain hari.


Saya yakin apa yang dirasakan teman saya tadi juga dialami oleh banyak perempuan lain, termasuk saya. Kebanyakan perempuan pasti pernah merasakan hal yang sama, jenuh, lelah, dan saat semua tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, secara tidak sadar kita mulai membandingkan hidup kita sekarang dengan kehidupan kita sebelumnya, bahkan lebih buruk lagi, membandingkannya dengan kehidupan orang lain. Kok begini sih? Itu mungkin pertanyaan yang paling sering muncul. Jujur, saya juga pernah berada di titik ini, saat perubahan-perubahan terjadi dalam hidup saya setelah menikah dan melahirkan Juno. Fisik yang berubah, kehidupan berubah, everything's totally different. Kami juga pernah melalui saat-saat di mana semua tampak "salah", komunikasi tidak berjalan semestinya, dan mengutamakan ego masing-masing. Kami mengalaminya. Yah, saya rasa semua pasangan yang baru menikah pasti mengalami hal yang sama. Namun semua by process, tak dapat dipungkiri, usia mendewasakan kami
Baca: http://ceritamamijuno2.blogspot.co.id/2017/01/dear-husband-on-our-5th-wedding.html

Dan hari ini saya ingin flash back untuk mengingat kehidupan saya sebelumnya. Ingatan masa kecil yang masih tersisa dimulai saat usia saya 4 tahun, sebelum itu saya sudah tidak ingat lagi. Saat itu saya tumbuh jadi gadis kecil kesayangan Bapak. Menurut saya saat itu, Ibu lebih sayang pada 2 kakak lelaki saya. Benar kata orang, biasanya anak perempuan lebih dekat dan lebih disayang oleh ayahnya, saya dan kakak perempuan saya memang lebih disayang oleh Bapak. Ingatan saya tertuju pada seorang gadis kecil berambut ekor kuda yang suka sekali mengoleksi gelang warna-warni. Setiap kali pergi, Ibu selalu membelikan saya gelang plastik warna-warni yang cantik. Selama 2 tahun duduk di bangku TK, selama itu pula Ibu mengantar dan menunggui saya sekolah. Padahal TK saya tidak jauh dari rumah, tapi saya merasa nyaman saat melihat Ibu duduk di luar sana menunggui saya. Yang saya ingat selain itu, setiap hari Ibu memberi saya uang saku Rp 50,- dan saya selalu membaginya dengan teman sebangku saya, anak perempuan yang usianya setahun lebih tua dari saya, namanya Ari. Saya dapat Rp 25, teman saya dapat Rp 25, begitu terus selama setahun hingga teman saya itu lulus lebih dulu. Hal paling lucu dan memalukan saat TK adalah saat itu saya naksir seorang teman, sebut saya P. Saya menceritakan hal ini kepada kakak-kakak saya, dan itu adalah kesalahan terbesar karena hingga saya remaja, ini selalu jadi bahan lelucon kakak-kakak untuk menggoda saya. Ahh, saya kangen sekali masa itu.

Masuk SD, saya sudah mau ditinggal, tapi Ibu masih mengantar jemput saya hingga saya kelas 4. Hal yang paling saya ingat saat SD, saya menjadi murid kesayangan guru-guru, mungkin karena waktu itu saya selalu rangking 1. Tak banyak kenangan yang membekas saat saya SD. Seperti layaknya anak-anak lainnya, saya punya banyak teman, pulang sekolah langsung pergi main. Saat itu kami paling suka main benthik dan gobag sodor di bawah pohon asem besar yang ada di belakang rumah saya. Dulu pohon asemnya ada 2, yang satu sudah ditebang, sekarang tinggal 1. Dan sekarang setiap saya melewatinya, ingatan saya kembali ke 25 tahun silam, saat saya dan teman-teman kecil saya menghabiskan sebagian besar hari-hari kami di sana. Ahh, lagi-lagi saya kangen sekali masa itu, saat di mana masalah tersulit hanyalah PR matematika.

Seperti saat duduk di bangku SD, tak banyak kenangan yang membekas saat SMP dan SMU. Saat itu saya hanyalah murid dengan prestasi akademik yang biasa saja, nggak terlalu bagus dan nggak jelek juga. Selain secara akademik biasa aja, saya juga bukan murid yang populer. Jangankan populer, teman seangkatan saya saja banyak yang nggak tau nama saya kok. Kasihan banget ya? Saat itu penampilan saya cupu dan nggak gaul sama sekali. Jangankan buat dandan, uang saku saya saja saat itu buat jajan pas-pasan. Jadi saat SMU, ketika teman-teman seusia saya mulai memperhatikan penampilan dan mulai naksir-naksiran atau bahkan pacaran, saya mah malam minggu masih di rumah saja. Hiks hiks, menyedihkan banget deh kalau inget.

Nggak beda jauh dengan saat SMP dan SMU, saat kuliah prestasi akademik saya juga biasa saja. Impian masa kuliah yang indah kayak di sinetron FTV, tampil modis dan punya pacar, juga harus saya kubur dalam-dalam. Siapa sih yang mau pacaran sama cewek cupu, nggak bisa dandan, nggak modis, dan nggak gaul? Jangankan pacaran, ditembak cowok aja nggak pernah. Terlepas itu semua, dua hal yang saya syukuri saat kuliah adalah saya bisa melalui 3 tahun 8 bulan masa kuliah meski tanpa pacar, dan saya memiliki teman-teman yang hingga saat ini masih berhubungan baik. Dan itu sangat berarti bagi saya.

Selepas kuliah, 6 bulan saya menganggur, entah berapa ratus lamaran saya kirim dan berapa puluh kali tes saya lalui. Saya ingat, pertama kali bekerja saya menerima gaji 300 ribu/bulan, sangat kecil memang, tapi ada perasaan puas ketika bisa punya uang dari hasil kerja sendiri, setelah sekian tahun minta orang tua. Saat itulah untuk pertama kalinya saya mengenal apa itu pacaran. Saat itu saya dekat dengan seseorang yang rasanya tidak begitu penting untuk diceritakan dan juga tidak perlu diingat, hehehe. Siapa sih? Kan sudah saya bilang, nggak penting. Mantan adalah mantan, selesai, tamat, it's over alias the end.

Mengenal pria yang sekarang menjadi Papi Juno adalah tahap baru dalam hidup saya, ketika menjalin hubungan bukanlah sekedar untuk pacaran, karena saat itu usia saya tidak lagi muda. Memulai hubungan di usia 27 tahun bagi pria mungkin bukan masalah, namun bagi perempuan? Saya harus tahan mendengar petuah-petuah bijak dari keluarga dan saudara, dan pertanyaan-pertanyaan yang harus saya jawab sewaktu-waktu. Entah mengapa saya begitu yakin untuk menikah dengan pria ini. Yang jelas, dialah orang yang paling mengerti saya dan bisa menerima saya apa adanya. Tak mudah bagi kami untuk melalui prosesnya. Prosesnya panjang, dan saya rasa banyak pasangan lain yang juga mengalaminya. Kami menikah saat dia 30 tahun dan saya hampir 30 tahun, tapi saya tidak pernah menyesalinya. Menurut saya, menikah itu tidak hanya sekedar "would you" dan "I do". Menikah itu tidak hanya perlu modal materi. Materi juga penting, namun menurut saya paling penting bukanlah materinya, materi bisa dicari setelahnya, tapi kesiapan mental lah yang harus dimiliki setiap pasangan yang akan menikah. Baca: http://ceritamamijuno2.blogspot.co.id/2017/04/a-note-for-35-years-old-man.html


Menikah di usia hampir 30, bukan berarti kami siap semuanya. Banyak hal tak terduga yang baru kami temui setelah menikah. Benar kata orang, lima tahun pertama adalah masa-masa tersulit sebuah pernikahan. Kami belajar untuk saling berkompromi. Kami belajar untuk saling memahami dan menerima. Tidak semua yang saya inginkan, dia menginginkannya. Begitu pula sebaliknya, apa yang dia inginkan, belum tentu saya menyukainya. Dan seringkali perdebatan berakhir dengan bertahan pada ego masing-masing. Beberapa teman pernah bilang begini kepada saya, "Kamu beruntung, rumah tanggamu baik-baik saja" Helooo...saya paling sebel ketika ada orang yang hobinya membandingkan hidupnya dengan orang lain atau menganggap masalah hidupnya lah yang paling sulit. Semua itu wang sinawang say, jangan pernah menilai kehidupan orang dari luarnya saja, karena kamu tidak pernah tahu proses apa yang telah mereka lalui atau bagaimana mereka berjuang mengatasi setiap permasalahannya. Begitu juga kami, 5 tahun telah banyak memberi kami pelajaran dan mendewasakan kami. Kami  pernah melalui kerikil, batu, bahkan karang, tapi usia dan proses lah yang mendewasakan kami. Everyone's struggling in their own ways. Setiap orang berjuang dengan caranya sendiri.

Usia 35 dan 5 tahun menikah. Saya merasa hidup saya sangat lengkap dengan kehadiran Juno. Tak dapat dipungkiri, menikah, punya anak, berarti kebutuhan meningkat dan masalah juga bertambah. Tapi ada hal-hal yang sulit dijelaskan, bagaimana ikatan keluarga dan ikatan ibu-anak sangat mempengaruhi hidup saya. Saya rasa setiap ibu pasti mengalaminya. Amazing bukan, bagaimana bisa wajah polos seorang anak kecil bisa menghapus lelah kita seharian? Atau bagaimana bisa kita buru-buru mematikan laptop dan berhenti bekerja ketika seorang anak kecil memohon dengan bibir mungil dan mata bulatnya, "Mami, laptopnya dimatikan, ayo bobok sama Juno." Atau bagaimana rasa kesal kita serta merta lenyap ketika malaikat kecil ini dengan bibir mungilnya mengatakan, "Mami jangan marah-marah." Ahh, rasanya tak ada yang lebih adem dan membahagiakan dari itu semua.



Usia 35 dan 5 tahun menikah. Kami makin saling mencintai, lebih dari sebelumnya. Bukan, bukan karena kehidupan yang lebih baik, tapi kami berproses, usia dan proses telah menempa kami untuk menjadi pasangan yang saling mendukung dan saling membuat pasangannya menjadi lebih baik lagi. Bukan, bukan materi atau investasi yang membuat kami merasa cukup, tapi kami berusaha sakmadyo sehingga semuanya kami rasa cukup. Saling mencintai bukan berarti selera dan keinginan kami selalu sama, saling mencintai bukan berarti kami tidak pernah berbeda pendapat, saling mencintai bukan berarti saya selalu setuju dengan apa yang dilakukannya, begitu pula sebaliknya. Itulah kami, kami berbeda dan saling melengkapi, karena itulah kami jatuh cinta. 

tetep, tanpa angka, haha

Usia 35 dan 5 tahun menikah. Jujur, saya merasa lebih bahagia dibanding sebelumnya. Bukan, bukan karena materi atau apapun itu. Tapi karena saya memiliki mereka yang selalu mendukung saya, pasangan yang paling "sempurna", yang Tuhan pilihkan untuk saya, sempurna untuk saya, mengerti saya dan bisa menerima saya dengan segala kekurangan saya. Dan saya memiliki malaikat kecil bermata bulat yang dengan segala "kekuatannya" bisa menaklukkan keegoisan saya, yang dengan segala kepolosannya membuat saya jatuh cinta, dan bahkan rela melakukan apapun untuknya. 

Usia 35 dan 5 tahun menikah, saya punya banyak mimpi dan akan terus menyalakannya. Flash back ke kehidupan saya sebelumnya, saya selalu bersyukur dengan apa yang telah saya lalui, dan saya tidak pernah menyesalinya. Saya bersyukur dengan hidup saya sekarang dan saya mengambil pelajaran untuk menjalani hidup saya esok. Bahagia bukan berarti hidup tanpa masalah, tapi bagaimana kita berproses ketika melaluinya. Saya 35, (tetap) baper, matang dan lebih bahagia.


Terima kasih support & doanya:
Bapak &Ibu
Papi & Juno 
Saudara-saudara & 
teman-teman semua

14.07.2017
Love you all, heny


**** Menurut penelitian yang dilakukan oleh sebuah brand pakaian premium di Amerika, kaum perempuan mencapai puncak kebahagiaan pada usia 35 tahun. Satu dari tiga perempuan mengaku dengan bertambahnya usia, mereka merasa semakin nyaman dengan penampilan mereka. Bahkan tiga dari empat perempuan menganggap gaya mereka semakin membaik di usia 35. Setuju?