sumber: www.earlymam.com |
Banyak orang yang menganggap saya sangat enjoy dengan "aktivitas nyambi saya" (baca: studi). Katanya kuliahnya berat, katanya tugasnya banyak, katanya kerjaan juga banyak, kok tampaknya hepi-hepi saja? Kok masih bisa ketawa ketiwi? Kok masih sempet jalan-jalan? Kok masih sempet nonton? Kok masih sempet karaokean? Kok masih sempet selfie-selfie? hahaha. Dan biasanya kalau ada yang mengatakan seperti itu, saya hanya tertawa saja, tanpa berkomentar panjang lebar.
Apakah saya enjoy dengan studi saya? Rasanya ini sudah saya jawab di part #6. Ya, saat ini saya menikmatinya. Namun ini tentu saja ini tidak muncul begitu saja, butuh proses. Di awal semester satu, bisa dibilang masa-masa terberat saya. Sering muncul perasaan menyesal dan menganggap sekolah lagi adalah suatu kesalahan. Saat itu saya stres berat. Dan itu sangat terlihat pada penampilan fisik saya. Bisa bayangin 'kan orang stres kayak apa? Pucat, kuyu, muka lelah, gitu deh pokoknya. Ditambah rasanya pengen nangis, dan emosi saja ketika semua tugas menumpuk dan banyak hal lain yang harus dipikirkan. Sempurna sekali.
Semester 1, saya beradaptasi dengan aktivitas baru yang sangat mengubah ritme hidup saya secara drastis ini. Jam tidur berkurang. Waktu untuk santai dan jalan-jalan juga berkurang. Tidak bisa hepi-hepi. Berkali-kali saya menganggap ini suatu pilihan yang salah. Menjelang ujian akhir semester 1 adalah puncak kestresan saya. Tugas akhir dan ujian yang super wow. Ditambah Juno saat itu sedang sakit, pekerjaan menumpuk, yang ada cuma pengen nangis saja rasanya.
Saya tidak pernah memasang target pada diri saya harus dapat nilai A, harus dapat IPK sekian. Ya, siapa sih yang tidak mau dapat nilai bagus? Saya juga mau. Tapi dengan kondisi sekolah adalah aktivitas "nyambi", dengan segala pontang-pantingnya, tidak mungkin 'kan saya pasang target terlalu tinggi? Ya, saya selalu tekankan pada diri saya, lakukan yang terbaik semampu kamu, tapi jangan ngoyo. Turunkan sedikit ekspektasimu, supaya kamu tidak mudah kecewa dengan apa yang kamu dapat. And it works for me. Saya bersyukur dengan apa yang saya dapat, dan justru kejutan-kejutan indah muncul. Kok bisa ya saya dapat nilai B, padahal saya sudah membayangkan bakal dapat C? Begitu contohnya.
Semester 2, mulai masuk pada kuliah konsentrasi. Kembali ke alasan saya sekolah lagi. Saya tertarik dengan SDM. Dan saya ingin mempelajari SDM lebih dalam lagi. TERLEPAS dengan bidang kerja saya, saya memang "jatuh cinta" dengan SDM. Bersyukur dengan kuliah mandiri, saya bisa memilih jurusan yang memang minat saya. Mungkin ini yang membuat saya "tampak" enjoy. Saya mempelajari apa yang menjadi minat saya, dan atas keinginan sendiri.
Pelan-pelan, saya mulai menikmati proses ini. Walaupun pontang panting dan terseok-seoknya masih tetap ada, tapi saya berusaha menikmatinya setiap prosesnya. Setiap minggu ada hari-hari tertentu di mana saya "hampir gila" karena tidak tidur semalaman nglembur tugas dengan deadline harus diemail jam sekian, paginya kerja, dan dilanjut kuliah. Bisa dibayangkan. Rasanya mungkin seperti sedang melakukan olah raga yang memacu adrenalin, menantang, hehehe.
Selain minat saya di SDM, apa yang membuat saya semangat menjalani proses (panjang) ini? Saya teringat sebelum kami mulai perkuliahan semester 1, seorang dosen yang juga pengelola prodi "menyambut" kami dengan "pesan-pesan mendalam" yang kalau menurut saya terdengar seperti "gambaran mengerikan" kuliah S3. Saat itu beliau berpesan kepada kami, calon mahasiswa, kuliah S3 itu anda harus berdamai dengan semuanya, berdamai dengan diri anda sendiri, berdamai dengan keluarga dan berdamai dengan organisasi tempat anda bekerja sekarang. Saya ingat sekali pesan ini. Beliau menambahkan, banyak mahasiswa yang gagal, karena dia tidak bisa berdamai dengan salah satunya. Serem banget sih, pikir saya waktu itu. Dan ternyata setelah mulai kuliah, memang serem beneran, hehehe.
Berdamai dengan semuanya. Saya tidak mau gagal. Saya ingin menyelesaikan proses ini. Ini berarti saya juga harus berdamai dengan semuanya.
Saya mulai dengan diri saya sendiri. Banyak hal yang harus saya "kalahkan" untuk menjalani proses ini. Dan semuanya berurusan dengan tiga hal ini, time, energy, money. Waktu menjadi sangat berharga, jangan sampai terbuang untuk urusan nggak penting. Tapi bukan berarti jadi nggak ada waktu untuk keluarga, sekedar jalan-jalan atau ngobrol sama teman ya. Nggak segitunya juga 'kali. Seminggu ada 7 hari, kan masih ada weekend. Ya paling nggak dari jumat-minggu, harus adalah waktu untuk hepi-hepinya. Otak juga harus beristirahat, 'kan? Energi juga harus dihemat, jangan sampai kecapekan, apalagi sakit. Duhh, bisa runyam semua urusan. Jaga kesehatan yang paling penting lah pokoknya.
Well, kuliah mandiri itu selain pontang panting bagi waktu, juga berat di ongkos. Ya iyalah, wong bayar sendiri. Ya mau nggak mau harus berhemat, banyak keinginan yang harus ditunda dulu. Kalau dulu punya planning mau ini itu, travelling ke sana, ke sini....hemm, itu ditunda dulu semuanya. Tunggu 2 tahun lagi, hehehe. Trade off, ketika kita memilih satu hal, hal yang lain harus dikesampingkan. Bagaimana tidak, lha tiap 5 bulan harus bayar semesteran yang jumlahnyan woww, gimana nggak stres mikirnya? hehehe. Jujur, bagi kami (saya dan suami) ini berat bangettt. Tapi udah diniati ya udah mau gimana lagi, ya dijalani aja tho, walaupun harus megap-megap. Positifnya, jadi makin termotivasi untuk bekerja keras. Thanks for your support, honey!
Berdamai dengan keluarga. Ini sangat penting. Dua tahun lalu saya pernah ngobrol dengan seorang teman, yang menceritakan kisah 2 orang temannya yang melanjutkan studi S3, namun di tengah prosesnya mereka mengalami kegagalan dalam rumah tangganya. Sedih banget dengernya. Ya memang sih, masalahnya belum tentu karena studinya, bisa jadi karena masalah yang lain. Tapi itu bisa jadi pelajaran bagi para emak-emak yang kembali ke kampus seperti saya, ingat ya, keluarga tetap nomor 1. Tanpa dukungan keluarga, hal ini mustahil.
Yang ketiga tadi apa ya? Saya kok lupa, hehehe. Oh ya berdamai dengan organisasi tempat bekerja ya. Hemmm, saat ini saya sedang berproses :)
Tidak mudah memang bagi kita para emak yang kembali ke kampus. Harus membagi otak, waktu dan tenaga. Harus mikir keluarga, anak, pekerjaan dan studi. Bagaimana supaya bisa enjoy? Ya harus berdamai dengan semuanya. Diri sendiri, keluarga dan tentu saja organisasi. Tanpa itu semua, hal ini mustahil. Selamat berakhir pekan.