expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday 2 January 2017

Wisata Alam Magetan Part #1 Telaga Sarangan


Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur
Liburan tahun baru kali ini awalnya kami tidak berencana untuk pergi kemanapun, dengan alasan kuatir terkena macet. Sudah menjadi suatu hal yang rutin, pada saat liburan seperti tahun baru, di mana-mana pasti macet, dan semua obyek wisata juga pasti penuh. Selain itu ada satu alasan khusus mengapa kami harus berpikir dua kali untuk bepergian di malam tahun baru, Juno sangat tidak menyukai kembang api dan petasan. Agak aneh memang, biasanya anak kecil suka dengan kembang api dan petasan, tapi Juno tidak, dia akan menangis ketakutan jika melihat kembang api dan mendengar suara petasan. 

Ketakutannya pada kembang api dan petasan bermula ketika 2 tahun lalu di malam takbiran, dia kaget mendengar suara kembang api dan petasan, dan setelah itu dia takut pada kembang api dan petasan, hingga saat ini. Sebenarnya kami sudah mencoba menjelaskan pada Juno agar tidak perlu takut pada kembang api atau petasan, namun sepertinya dia masih trauma. Jadi ya gimana lagi, hingga saat ini setiap mendengar suara kembang api atau petasan, dia pasti nangis ketakutan. Semoga seiring pertambahan usianya, rasa takutnya akan hilang.

Dengan alasan tersebut, kamipun tidak memiliki rencana apapun untuk menghabiskan libur an tahun baru. Namun entah mengapa sehari sebelum liburan tahun baru, Papi Juno punya ide untuk menikmati malam pergantian tahun di Telaga Sarangan, Magetan Jawa Timur. Awalnya saya ragu, karena jaraknya yang cukup jauh. Tapi kayaknya seru juga yang menghabiskan malam tahun baru di suatu tempat yang berbeda, begitu pikir saya. Oke, fix akhirnya kami memutuskan untuk merayakan pergantian tahun di Sarangan. Saat itu kami memang berencana untuk menginap, tapi kami tidak booking hotel terlebih dahulu, besok cari langsung saja begitu tiba di sana, begitu kata papi Juno.

Sabtu pagi jam 05.30 kami berangkat dari Jogja. Saya menggendong Juno yang waktu itu masih terlelap. Kami memang berangkat pagi untuk menghindari kemacetan. Yang namanya long weekend, apalagi liburan tahun baru dan masih libur sekolah, sudah pasti bakalan macet di mana-mana.  Memasuki Jalan Solo, Juno terbangun dan ‘agak bingung’ karena dia belum tahu akan kami bawa ke mana, tapi setelahnya dia terlihat hepi dan mulai excited mengomentari apa yang menurutnya menarik. Hingga Solo lalu lintas ramai lancar. Tiba di Karanganyar sekitar jam 07.30 kami berhenti untuk sarapan. Kami berhenti di depan Alun-Alun Karanganyar untuk sarapan di sebuah warung Nasi Liwet lesehan. Jam 08.00 kami melanjutkan perjalanan. Jalanan sudah mulai ramai, kebanyakan berplat luar kota. Mendekati daerah Tawangmangu, udaranya mulai dingin, dengan pemandangan di kanan dan  kiri adalah kebun sayur, hijau dan segar.

Pemandangan selepas Tawangmangu
Tiba di daerah Tawangmangu sekitar jam 08.15. Sepanjang jalan banyak peduduk sekitar berdiri di tepi jalan menawarkan jasa untuk mencarikan hotel atau penginapan. Namun karena tujuan kami memang mau ke Sarangan, jadi kami tidak ‘mampir’ ke Tawangmangu, walaupun saya baru sekali ke Tawangmangu, belasan tahun lalu, saat study tour kelas 3 SMU. A long time ago .

Jangan lupa foto-foto di sini
Selepas Tawangmangu, perjalanan menjadi sangat menyenangkan karena pemandangan di sisi kanan dan kiri sangat indah. Kebun sayur  hijau yang ‘tertata’ dengan sangat rapi, dengan model teras siring dan hutan cemara. Terlihat juga villa-villa berjejer rapi di atas sana. Indah sekali, berkali-kali yang berdecak kagum, ”Masya Allah, kayak lukisan”. Memang benar lukisan, lukisan tangan Tuhan. Di sepanjang jalan banyak warung jika ingin berhenti sejenak melepas lelah sambil menikmati secangkir kopi, teh panas, jagung bakar atau mie rebus. Cocok sekali dingin-dingin begini, menikmati secangkir panas atau mie rebus sambil menikmati ‘lukisan tangan Tuhan’ ini. Di sepanjang jalan banyak sekali kendaraan yang berhenti untuk sekedar foto-foto atau selfie

Jalan menuju Cemara Kandang
Tak mau ketinggalan, kamipun berhenti juga. Keluar dari mobil…hemmm udaranya segar sekali, adem, beda sekali dengan di Jogja. Ya iyalah, namanya juga di gunung, dingin dan segar. Tak lupa kamipun foto-foto di tempat itu. Selepas Tawangmangu, jalan semakin menanjak dan pemandangan menjadi lebih eksotik, karena lebih banyak hutan dan pohon-pohon yang tinggi menjulang, tapi tak kalah indahnya dengan kebun sayur hijau yang tadi. Kembali saya berdecak kagum pada lukisan tangan Tuhan di sepanjang jalan ini. Cantik dan eksotik, benar-benar seperti lukisan.

Cemara Kandang, pos pendakian Gunung Lawu
Pemandangan di belakang warung-warung
Tiba di Cemara Kandang, ternyata di sana sudah cukup ramai. Di tempat ini juga banyak warung yang menyediakan menu yang sama dengan warung-warung sebelumnya, kopi, teh, jagung bakar, sate ayam, sate kelinci, dan bakso 'pentol' atau kalau di Jogja populer dengan sebutan 'cilok'. Saya sempat bertanya pada Papi Juno, 'Pi, ini tempat apa sih?'. Kata Papi Juno Cemara Kandang merupakan titik atau pos tempat para pendaki yang akan mendaki Gunung Lawu. Ada 2 pos untuk mendaki Gunung Lawu, yaitu Cemara Kandang ini, yang masih termasuk wilayah Jawa Tengah, dan satu lagi setelah ini ada Cemara Sewu, yang sudah masuk wilayah Jawa Timur. Dan memang benar, di Cemara Kandang dan Cemara Sewu, pengunjung sangat ramai, rata-rata mereka beristirahat di warung sambil menikmati pemandangan, dan sebagian lainnya adalah pendaki yang akan mendaki Gunung Lawu.

Hotel Purbaya di Ngerong, Sarangan
Pemandangan sepanjang jalan masih berupa hutan hijau dengan pohon-pohon yang tinggi menjulang, dan mendekati Sarangan, pemandangan lebih banyak berupa kebun sayur hijau, seperti sawi hijau, daun bawang, seledri dan lain-lain, seger banget lah pokoknya. Kami tiba di daerah Sarangan sekitar jam 10.00. Tujuan utama adalah mencari hotel atau penginapan yang sesuai dengan budget kami. Hotel dan penginapan yang lokasinya dekat dengan obyek wisata sudah pasti harganya mahal, di atas 500 ribu, jadi kami mencari lokasinya di luar telaga. Setelah melihat beberapa hotel, kami memutuskan untuk bermalam di Hotel Purbaya, sekitar 2 km dari obyek wisata Telaga Sarangan. 

Pemandangan dari  hotel
Hotel ini merupakan sebuah hotel kuno. Dilihat dari model bangunannya, perkiraan saya, hotel ini dibangun tahun '80an. Hotel bercat orange ini memiliki sekitar 20 kamar. Saya membayangkan puluhan tahun lalu, pasti hotel ini berjaya di jamannya. Dengan harga 300 ribu/malam, saya rasa harganya sesuai. Mungkin untuk hari biasa, bukan liburan, harganya bisa lebih murah lagi. Di kamar terdapat 2 tempat tidur dengan ukuran king dan queen, televisi, kamar mandi, air panas, lemari dan ada ruang tamu dengan 2 kursi. Karena di sini udaranya sudah dingin, jadi kami tidak perlu AC atau kipas angin. Walaupun bangunannya lama, tapi kamarnya cukup bersih lho. Dan alasan utama kami memilih hotel ini adalah viewnya. Ya, begitu pintu kamar dibuka, pemandangan yang kami lihat adalah pegunungan dan kebun sayur hijau. Jadi, walaupun kuno tak jadi soal bagi kami. Kami di sini 'kan mau berlibur, jadi saya rasa tempat ini sangat cocok untuk menikmati liburan 'yang sebenarnya', adem dan ayem.

Tiba di hotel jam 10.30, kami beristirahat sebentar dan memandikan Juno yang dari pagi belum mandi. Sekitar jam 11an kami keluar menuju obyek wisata Telaga Sarangan. Sekitar 10 menit kami tiba di lokasi Telaga Sarangan. Untuk masuk ke Telaga Sarangan, pengunjung harus membayar tiket masuk sehara Rp 7.500/orang dewasa dan parkir mobil 5 ribu. Saat kami tiba di sana pengunjung sangat ramai. Seperti biasa, saat berada di tempat baru dan banyak orang, Juno harus beradaptasi terlebih dahulu, dia tidak mau turun, maunya digendong. 


Dari tempat parkir menuju Telaga Sarangan
Sayur dan buah cocok juga sebagai oleh-oleh


Duduk di tepi danau
Dari tempat parkir pengunjung harus berjalan sekitar 200 meter menuju telaga. Sepanjang jalan adalah kios-kios penjual oleh-oleh dan suvenir, mulai dari handycraft, pakaian, makanan, hingga sayuran dan buah-buahan. Telaga Sarangan terletak di Kabupaten Magetan yang merupakan daerah penghasil sayuran dan buah-buahan, karena merupakan daerah pegunungan dengan suhu dingin, yang sangat cocok ditanami sayuran dan buah-buahan.

Kami langsung menuju telaga dan turun ke bawah. Di sana ada payung-payung dan alas duduk yang disediakan oleh pedagang makanan seperti sate dan bakso. Oiya di sini menu yang populer adalah sate kelinci, selain ada juga sate ayam. Kami duduk di tepi telaga dan memesan sate ayam. Rasa satenya agak berbeda dengan sate ayam Madura yang biasa saya jumpai di Jogja, yang ini bumbunya bumbu pecel, hehehe, mungkin karena Jawa Timur, khususnya Madiun terkenal dengan pecelnya 'kali yaaa.

Boat yang disewakan untuk mengelilingi danau
Sambil menikmati sate ayam, kami menikmati keindahan Telaga Sarangan dalam jarak dekat. Di sana pengunjung dapat mengelilingi danau dengan menyewa boat seharga 60 ribu/boat. Sayangnya Juno tidak mau diajak naik boat, jadi kami hanya duduk-duduk saja sambil melihat boat yang mengelilingi danau. Cukup banyak boat yang disewakan kepada pengunjung. Saya dan Papi Juno sebenarnya pengin juga naik boat mengelilingi danau, tapi berhubung Juno tidak mau ya terpaksa harus cukup puas dengan melihat dari jauh saja, hehehe.
Telaga Sarangan saat liburan baru kemarin

Telaga Sarangan yang berkabut
Boat-boat yang siap mengantar pengunjung berkeliling danau
Setelah puas duduk-duduk di tepi danau, kami melanjutkan untuk mengelilingi danau dengan berjalan kaki. Pengunjung juga bisa berkeliling dengan menaiki kuda yang disewakan dengan harga 60 ribu/putaran, namun lagi-lagi Juno menolak, jadi kami berkeliling dengan berjalan kaki. Kami mulai dari sisi pintu masuk, sambil sesekali melihat-lihat kaos atau suvenir yang dijual di sepanjang jalan. Di sepanjang jalan juga banyak sekali pedagang makanan dan minuman. Sayangnya di sisi dekat pintu masuk, tercium bau yang cukup menyengat dari (maaf) air kencing kuda yang 'pipis' sembarangan, jadi mengurangi kenyamanan pengunjung. Apalagi di sekitarnya banyak pedagang makanan. Duhhh... Masukan buat Pemda, semoga masalah 'pipis' kuda ini dapat ditertibkan, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan Telaga Sarangan tanpa gangguan, termasuk menikmati makanan di sekitarnya. Awalnya Juno belum mau turun, namun lama-lama dia mulai nyaman dan mau jalan sendiri. Oiya di sekitar danau juga terdapat banyak hotel, saya sempat iseng menanyakan harganya saat liburan, rata-rata di atas 500 ribu/malam.



Menikmati gorengan panas sambil menikmati keindahan Telaga Sarangan
Sekitar 1.5 jam kami berjalan kaki mengelilingi Telaga Sarangan. Capek juga yah. Jelaslah, wong luas telaganya saja 30 hektare. Oiya, Telaga Sarangan juga dikenal sebagai Telaga Pasir, merupakan telaga alami yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Sarangan). Kami berhenti untuk beristirahat sambil menikmati bakso kuah dan gorengan. Nikmat sekali, menikmati gorengan panas di tepi danau yang dingin ini. Sayangnya karena pas libur panjang, jadi pengunjungnya sangat padat. Overall, menurut saya Telaga Sarangan cukup recommended bagi penyuka tempat 'dingin' seperti saya.

Ternyata tak jauh dari Telaga Sarangan, masih berada satu lokasi, terdapat satu lagi obyek wisata alam, yaitu Air Terjun Tirta Sari. Sudah sampai di sini, sayang sekali kalau tidak sekalian ke sana, begitu pikir kami. Akhirnya kami beranjak, setelah beristirahat sekitar 1 jam, menuju Air Terjun Tirta Sari. Cerita akan saya lanjutkan di postingan saya selanjutnya.






1 comment: