Hai, ketemu lagi dengan Mami Juno. Jangan bosan mampir ke blog ini yah. Setelah dua bulan lebih "cuti" ngeblog, karena alasan "klise", sok sibuk, kali ini saya mau posting pengalaman liburan saya dua minggu lalu. Bukan liburan banget sih sebenarnya. Kalo liburan kan kesannya lama ya, kalo yang ini cuma dua hari aja pas weekend. Jadi mungkin lebih tepat disebut jalan-jalan kali ya.
Setelah sebulanan lebih "bersemedi" untuk persiapan menghadapi ujian komprehensif, akhirnya saya punya waktu juga untuk refreshing. Yes, bulan lalu saya menghadapi ujian komprehensif. Mata kuliah yang diujikan "cuma" tiga sih sebetulnya, tapi persiapannya itu lohhh, bener-bener kayak anak SMU mau menghadapi UN deh. Stres, takut, panik, deg-degan, campur jadi satu. Mungkin dari sekian banyak ujian yang saya hadapi selama ini, ujian inilah yang paling saya "takutkan", selain ujian hidup tentu saja, hehehe. Yang jelas, ujian ini bukan ujian biasa, karena ujian ini akan menentukan kelanjutan studi dan saya hanya punya satu kali lagi kesempatan untuk mengulang. Itulah salah satu alasan mengapa saya sempat "cuti" ngeblog untuk fokus pada persiapan ujian ini. Dan akhirnya ujian selesai juga. Eh belum selesai ding, karena hasilnya belum keluar. Jadi sebenarnya saya masih dag dig dug menunggu hasilnya. Tinggal doanya aja yang dikuatin. Mohon doanya juga ya.
Okey, akhirnya saya bisa refreshing setelah sebulan lebih menghabiskan sebagian besar waktu saya di depan laptop dan membaca artikel. Bosen banget, sumpah. Tepat beberapa hari setelah ujian selesai, sebenarnya saya sudah refreshing juga dengan rekan-rekan kantor di Bandung selama tiga hari. Yang ini akan saya tulis pada postingan saya selanjutnya. Nah, yang akan saya tulis di sini adalah cerita jalan-jalan saya ke Ambarawa dan Bandungan, Kabupaten Semarang, dua minggu yang lalu bersama Juno dan Papinya.
|
Soto Kudus Tempuran Jambon Ambarawa |
Jumat pagi jam 06.00 kami berangkat dari Jogja. Tujuan pertama kami adalah Museum Kereta Api Ambarawa. Tahun lalu saat perjalanan pulang dari liburan di Semarang, kami melewati Museum Kereta Api Ambarawa, dan ingin sekali mampir sebenarnya, namun karena waktunya yang tidak memungkinkan, jadi kunjungan ke Museum Kereta Api kami tunda (baca juga: http://ceritamamijuno2.blogspot.co.id/2016/10/weekend-santai-di-semarang.html). Perjalanan menuju Ambarawa ramai lancar, cukup padat karena weekend tapi Alhamdulilah tidak macet. Tiba di Ambarawa sekitar jam 09.00. Memasuki Ambarawa, kami menyempatkan untuk sarapan Soto Kudus Tempuran di daerah Jambu Ambawara. Rumah makan berlantai dua dan berarsitektur klasik tersebut tampak ramai. Pasti enak, pikir kami. Dan memang benar, Soto Kudusnya mantap banget, apalagi ditambah Kopi Kelir khas Ambarawa, sempurna sekali. Harganya cukup murah, Soto Kudus pisah 12 ribu dan Kopi Kelir 5 ribu. Silahkan mampir jika sedang berada di Ambarawa, Soto Kudus Tempuran Jambu, Ambarawa.
Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan. Lokasi Museum Kereta Api tidak jauh dari Soto Kudus Tempuran tadi. Sekitar 15 menit kemudian kita akan menjumpai pertigaan Tugu Palagan (ada monumen tank di tengahnya). Nah dari situ tinggal belok kanan sekitar 0.5 km, sampailah kita di Museum Kereta Api Ambarawa (Indonesian Railways Museum), yang berlokasi di Jalan Stasiun Panjang No.1 Ambarawa.
Harga Tiket
Tiba di sana pengunjung sudah cukup ramai. Kami langsung menuju loket untuk membeli tiket masuk. Harga tiket masuk dewasa 10 ribu/orang dan anak-anak 5 ribu/anak. Selain bisa melihat segala hal yang berkaitan dengan sejarah kereta api di Indonesia, pengunjung juga bisa mencoba lokomotif uap pada yang hanya ada di jam-jam tertentu dengan membeli tiket seharga 50 ribu/orang. Rute Ambarawa-Tuntang ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit. Seru sekali ya. Sayangnya saat kami di sana, hanya tersisa beberapa tiket jam 13.00, dan itu berarti harus menunggu sekitar 3 jam lagi. Hemmm, akhirnya kami melewatkan kesempatan untuk naik lokomotif uap. Sayang sekali ya. Semoga nanti ada kesempatan kami kesana lagi, dan tentu saja kami akan mencobanya.
Memasuki area Museum pengunjung disuguhi foto-foto sejarah kereta api di Indonesia di sepanjang dinding menuju ke dalam. Museum Kereta Api Ambarawa merupakan stasiun kereta api peninggalan Hindia Belanda, dan sekarang dialihfungsikan sebagai museum. Dua lokomotif uap yang hingga sekarang masih aktif digunakan sebagai kereta api wisata dengan nomor B 2502 dan B 2503 merupakan buatan Maschinenfabriek Esslingen.
Apa saja sih yang ada di Museum Kereta Api Ambarawa?
Di sini pengunjung bisa melihat beberapa tipe kereta api yang pernah digunakan sejak pertama kali ada di Indonesia, yaitu kereta api berbahan bakar kayu, yang diproduksi tahun 1900. Kereta ini merupakan kereta paling tua dan menjadi favorit pengunjung untuk selfie. Lalu ada juga kereta api berbahan bakar Residu dengan ukuran lebih panjang dan lebih lebar dibandingkan kereta api yang berbahan kayu bakar.
Selain melihat sejarah perkembangan kereta api secara fisik, pengunjung juga bisa melihat stasiun kereta api yang digunakan pada jaman Hindia Belanda, karena museum tersebut dulunya merupakan sebuah stasiun. Dan hingga sekarang bangunan dan perlengkapannya tetap dibiarkan seperti aslinya, termasuk di antaranya mesin pembuat tiket penumpang jaman dulu yang digunakan sejak tahun 1840. Mesin ini diciptakan oleh Thomas Edmunson yang merupakan seorang ahli pembuat lemari, dan ketika dia menciptakan mesin tiket, Thomas Edmunson kemudian diangkat sebagai Kepala Stasiun di New Castle dan Carlisie di Manchester dan Leeds, Inggris. Wahhh, keren sekali ya. Mesin tiket ini juga digunakan pada jaman Hindia Belanda pada tahun 1867 untuk mencetak tiket kereta api Semarang-Solo-Yogyakarta, Batavia-Bogor, dan Surabaya-Pasuruan, dan digunakan di Indonesia hingga tahun 2009.
|
Stasiun Peninggalan Hindia Belanda |
|
Stasiun Tampak Samping |
|
Mesin Cetak Tiket |
|
Ruang Petugas Stasiun |
|
Loket Penjualan Tiket |
|
Topi petugas stasiun dan mesin hitung |
Selain mesin tiket juga terdapat mesin hitung yang digunakan pada masanya, yang fungsinya kurang lebih sama dengan kalkulator saat ini. Juga terdapat alat komunikasi berupa telepon, telegraf, dan perlengkapan petugas stasiun, seperti topi dan peluit. Di ujung stasiun tampak beberapa bangunan dari kayu yang merupakan halte pemberhentian kereta di stasiun-stasiun kecil pada jaman dulu. Sekitar 1 jam saya duduk di kursi panjang yang ada di samping stasiun, menikmati semilir angin dan pemandangan perbukitan. Saat duduk di sana, terlintas dalam benak saya suasana pada masa itu. Halte kecil yang sederhana, yang mungkin hanya dijaga oleh satu atau dua orang petugas, dan sepi karena kereta api pada masa itu merupakan alat transportasi yang "mewah" dan tidak semua orang mampu untuk membeli tiketnya. Ahh imajinasinya saya tiba-tiba "terlempar" ke masa itu.
|
Halte pemberhentian kereta |
|
Pemandangan dari "halte" kereta yang dipindahkan ke museum |
Tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12.00 siang. Sebelum mengakhiri "petualangan" kami di museum ini, Juno mengajak kami untuk melihat mesin putar dan mesin timbang berwarna kuning yang berada tak jauh dari pintu keluar. Juno excited sekali. Dia sangat menyukai kereta api. Thomas dan Chuggington adalah salah satu tontonan favoritnya. Dia lari kesana-kemari dan berkali-kali dia teriak kegirangan. "Mami, ini kayak yang ada di Chuggington," katanya. Sayang sekali kali ini kami belum mencoba naik kereta api wisata. Hemm, kayaknya kami harus kembali lagi ke sana nih untuk naik kereta api wisatanya.
|
Mesin putar rel, kata Juno sama seperti di Chuggington |
Petualangan yang seru sekali. Berada di museum ini seakan membawa kita ke masa itu. Masa dimana kereta api membangun sejarahnya di dunia transportasi Indonesia. Lokasi yang mudah dijangkau dan tempat parkir yang luas menjadikan Museum Kereta Api Ambarawa menjadi tempat wisata edukatif yang sangat recommended, tidak hanya bagi anak-anak tapi juga bagi orang dewasa. Bagi kalian yang ingin mengunjungi museum, saran saya datang awal jam 8 atau 9, supaya kebagian tiket kereta api wisata. Tunggu cerita jalan-jalan saya di Ambarawa dan Bandungan, Semarang pada postingan selanjutnya ya. Happy weekend.
Museum Kereta Api Ambarawa
Jalan Stasiun Panjang No.1 Ambarawa
Harga tiket :
Anak-anak : Rp 5.000/anak
Dewasa : Rp 10.000/orang