expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sunday, 29 October 2017

INNSIDE Yogyakarta: Staycation Review


Bisa dibilang saya sangat jarang posting staycation review. Bukan nggak mau, tapi seringnya kalau pas stay di suatu hotel gitu, lupa untuk "ngumpulin" bahan untuk ditulis, misalnya foto. Kan lucu, masa me-review hotel nggak ada fotonya, atau kalaupun ada lebih banyak foto-foto narsisnya, nanti pembaca jadi males mampir ke blog saya, hehehe.


Kali ini saya akan posting pengalaman saya stay di sebuah hotel yang bisa dibilang lumayan baru, karena baru grand openning bulan April tahun ini, yaitu INNSIDE by Melia atau INNSIDE Yogyakarta. Hotel bintang 4 ini berlokasi di Jalan Lingkar Utara Maguwoharjo Depok Sleman, sekitar 10 menit dari bandara Adisucipto. Akhir bulan September lalu saya tak sengaja melihat status Whatsapp salah satu pegawai INNSIDE yang ada di kontak saya, yaitu Mbak Diella. Statusnya waktu itu adalah banner promo 2 tiket gold konser Michael Learns To Rock (MLTR), dengan stay di studio room INNSIDE Yogyakarta, dengan rate  saat itu 750 ribu/nite. Bayangkan, stay di hotel baru bintang 4, dengan rate 750 ribu/nite, dapet 2 tiket gold nonton konser MLTR pula. Wow, MLTR gitu loh. Jarang-jarang kan di Jogja ada konser band internasional sekeren itu. Saya yang memang penggemar MLTR sejak SMP langsung booking 1 studio room pada tanggal tersebut. Konsernya sendiri pada tanggal 7 Oktober 2017 di Grand Facific Hall, di Jalan Magelang, Yogyakarta. Ternyata tak hanya saya yang tertarik untuk menonton konser MLTR, setelah saya tawari, 4 orang teman saya juga tertarik, akhirnya kami booking 3 kamar, di tanggal konser. Dan kami pun tak sabar untuk menonton konsernya.

Sabtu tanggal 7 Oktober 2017 sekitar jam 15.00 saya, Juno dan papinya check in, sedangkan teman-teman saya datang belakangan. Saat itu hotel cukup ramai, mungkin sebagian tamu seperti saya juga, mau nonton konser MLTR malam harinya. Kami check in sekaligus mengambil tiket. Kamar kami di lantai 8, satu lantai di bawah sky deck roof top bar. Kamar kami adalah studio room berukuran sekitar 26 m2. Dengan desain modern dan sangat stylist, dilengkapi window yang menghadap ke utara, yang kalau  pagi pemandangan Gunung Merapi tampak jelas di kejauhan. Desainnya didominasi warna putih, hitam, cream dan coklat. Simpel dan tidak banyak pernik. Studio room ini tersedia bed ukuran king atau twin, dilengkapi dengan LED TV 43" dengan saluran TV kabel, koneksi wifi, meja kursi, bath room yang modern, telepon, fasilitas untuk bikin teh atau kopi, mini bar, free amenities, free bottled water, dan tentu saja room service. Dan asyiknya lagi, bagi kita yang setiap selesai mandi harus melakukan "ritual" mengeringkan rambut, tersedia juga hair dryer di bath room. Bahkan tersedia juga seterika dan meja, laundry service, dan wake up call service jika membutuhkan. Lengkap banget kan. Overall, menurut saya kamarnya keren banget. Desainnya keren, bersih, dan viewnya juga oke. Saat posting ini, iseng saya check rate untuk studio room lewat Traveloka, ratenya 600 ribu/nite.

view dari kamar kami
studio room



desainnya keren yah





Setelah beres-beres, kami menuju ke roof top untuk berenang. Yes, bener banget di INNSIDE, swimming poolnya berada di roof top. Tak hanya swimming pool saja, di roof top juga ada bar nya loh. Jadi bisa banget kalau mau nongkrong di tepi kolam sambil menikmati semilir angin gitu. Dan kalau malam minggu di sini juga ada barbeque, all you can eat  mulai jam 19.00 s/d jam 00.00 hanya dengan membayar 80 ribu/pack . Hemmm, kayaknya harus dicoba nih. Kolam renangnya ada 2, untuk orang dewasa dan anak-anak. Saat itu Juno berenang di temani papinya, saya sih nongkrong di pinggir kolam, sambil selfie-selfie, hehehe. Menurut saya kolam renangnya cukup bersih, dan nyaman juga karena tersedia banyak sofa dan kursi untuk duduk-duduk di tepi kolam renang. Tak perlu repot bawa handuk dari kamar, karena mas-mas pegawai hotel dengan ramah akan menawari kita handuk dan juga tersedia changing room di sekitar kolam renang. Hemmm, cocok juga nih rooftopnya buat acara party-party gitu, misalnya wedding atau ulang tahun. Oiya, selain kolam renang, bagi yang mau ngegym juga ada gym center juga loh, tak jauh dari kolam renang.


swimming pool di roof top

sky deck roof top bar
Gym Center, jangan lupa bawa sepatu ya kalau mau ngegym di sini

Kami berenang hingga mendekati magrib, dan setelah itu bersiap untuk yang ditunggu-tunggu, yaitu konser MLTR di Grand Pacific Hall. Jam 19.00 kami berangkat dari hotel. Seperti dugaan saya, banyak tamu hotel yang juga mau nonton MLTR. Dan sepertinya pihak hotel saat itu juga menyediakan transport bagi tamu yang akan nonton konser MLTR. Malam itu ringroad lumayan macet, maklum malam minggu, butuh sekitar 40 menit untuk tiba di Grand Pacific Hall. Kami menikmati konser hingga jam 23.00, asli malam itu MLTR benar-benar memuaskan penggemarnya, keren bangetttt. Walaupun usia personil-personilnya tidak bisa dibilang muda lagi, namun performance tetap keren, berasa dengerin  CD deh pokoknya.Top banget. 

Kami tiba di hotel lagi jam 00.00 dan langsung istirahat. Pagi harinya Juno mengajak berenang lagi. Cukup banyak juga tamu yang berenang pagi itu. Juno hepi karena banyak anak seusianya yang berenang. Setelah puas berenang kami turun untuk sarapan di restoran yang berada di dekat lobby, namanya SYNDECO CAFE. Menunya cukup lengkap, mau yang tradisional atau internasional, ada semua, dan rasanya enak. Hanya sayang, saya yang penggemar salad, saat itu tidak menemukan saus salad yang biasanya ada beberapa macam. Saat itu seingat saya, hanya tersedia olive saja. Overall, menurut saya makanannya enak.

Juno sarapan di Syndeo Cafe, INNSIDE Yogyakarta

Syndeo Cafe



Nahh, itu tadi pengalaman staycation saya bersama keluarga di INNSIDE Yogyakarta. Kami suka banget dengan desain kamarnya yang simpel tapi modern dan stylish banget, bersih, fasilitasnya lengkap, pelayanannya bagus, pegawainya ramah-ramah, tempat parkirnya luas, dan juga makanannya enak. Nggak nyesel deh pokoknya, apalagi bisa nonton konser MLTR yang keren abis. Next, saya penasaran pengen nyobain barbequenya, kayaknya seru banget.Buat yang mau liburan di Jogja, hotel ini recommended banget.


INNSIDE Yogyakarta, 
Jalan Lingkar Utara Maguwoharjo Depok Sleman
Telp (0274) 6008888



Saturday, 28 October 2017

Nyinyir dan Curhat di Medsos, Haruskah?

isigood.com
Kemarin saya nggak sengaja nonton sebuah tayangan infotainment. Sebenarnya saya kurang suka nonton infotainment, karena isinya hanya artis yang itu-itu saja, kalau bukan gosip artis, ya promo program acara atau sinetron, trus yang dibahas ya artis-artis pengisi program atau pemain sinetron tersebut. Daripada nonton infotainment, saya lebih suka cek akun lambeturah, hehehe. Di infotainment yang nggak sengaja saya tonton kemarin sore, ada berita tentang seorang pesinetron yang mengunggah quote di instastory, yang akhirnya jadi viral. Unggahannya sih general, tentang teman palsu yang perlu diwaspadai, tanpa menyebut nama. Dan akhirnya unggahan tersebut jadi viral dan menyudutkan salah satu artis yang juga salah satu teman dekat pesinetron tersebut. Netizen menganggap artis tersebut yang dimaksud di quote yang diunggah si pesinetron. Dan akhirnya bla bla bla, si pesinetron mengklarifikasi di depan wartawan dan juga kepada si artis. Ribet yah.Tapi yang untung ya wartawan dan media, gitu aja udah jadi berita, hehehe.

Waktu si pesinetron klarifikasi di infotainment, begini kira-kira, intinya quote yang dia unggah itu general, tidak bermaksud menyindir siapapun, jadi netizen aja yang menyimpulkan kalau itu ditujukan ke si artis. Kadang menurut saya netizen juga kreatifnya kebangetan juga sih, artis nyetatus apa, mengunggah apa, seringkali diartikan macam-macam oleh netizen, akhirnya viral, yang untung media lagi. Hehehe. Terlepas unggahan tersebut sifatnya general ataupun sebenarnya memang ditujukan untuk menyindir seseorang, tentu saja dampaknya akan menyebabkan 'ke-kepoan" orang yang melihatnya. Bukan hanya kepo tapi bukan tidak mungkin orang yang membaca juga akan merasa tersindir, mengingat statusnya kan menyinggung pertemanan, bisa jadi teman-teman si pesinetron lainnya juga merasa tersindir. Bener 'kan?

Nah, itu fenomena "status nyinyir" di kalangan seleb, jadinya viral dan jadi berita "penting" di media. Kalau yang nyetatus nyinyir orang biasa bagaimana? Orang biasa maksudnya bukan artis gitu, kayak saya gini. Misalnya saya mengunggah quote seperti yang diunggah oleh mbak pesinetron tadi di medsos saya, taruhlah instastory, facebook, whatsapp, atau jadi DP BBM (eh, masih ada ya yang pake BBM). Bakal heboh seperti itu juga nggak ya? Ya nggak lah, emang eike siapa? hehehe. Kemungkinan pertama, orang yang membaca unggahan saya tersebut akan kepo alias penasaran, siapa sih yang saya maksud? Kedua, yang nggak enak, tentu saja orang-orang yang selama ini jadi teman dekat saya, atau paling nggak teman sayalah, yang baperan tentu saja akan merasa tersindir. Dan dampaknya apa? Tentu saja jadi saling bersuudzon, dan pertemanan jadi terganggu. Itu salah satu contoh.

Kalau ada meme yang mengatakan, nyindir satu orang di medsos, maka yang baper banyak, menurut saya itu bener banget, kecuali nyindirnya spesifik, misalnya, "eh kamu yang pinjem duit sama aku, met liburan di Bangkok ya", misalnya. Itu 'kan spesifik, jadi yang tersindir (kalo merasa) ya cuma satu orang itu saja. Saya sebenarnya bukan tipe orang yang baperan, cuma risih aja kalau lagi selo trus asik-asik santai liat recent update, eh ada yang nyetatus nyinyir. Apa ya, menurut saya norak aja gituh. Menurut saya, kalau emang nggak suka dengan seseorang atau merasa terganggu, entah karena sikapnya, ucapannya, atau mungkin hidupnya yang "seru" dan "bahagia", ya udah tegur aja langsung,  baik-baik, kalo nggak berani negur dan dianggap udah sangat "meresahkan", ya udah block aja, beres 'kan. Ngapain harus nyindir-nyindir di medsos segala, ya kalau yang disindir merasa, kalau yang baper orang lain gimana, repot 'kan?

Itu baru fenomena nyinyir di medsos. Ada pula yang hobi curhat tentang hidupnya yang "merana", mending kalo cuma syedih, trus curhat di medsos, ada juga yang lagi ada masalah rumah tangga, curhat di medsos juga. Emang teman-teman di medsos bisa kasih solusi gituh? Bersyukur ya kalau ada yang mau bantu, lah kalau sebaliknya, yang ada orang pada kepo trus menunggu "episode" selanjutnya. Duhhh...Risih saya kalau ada yang curhat soal rumah tangganya di medsos. Emang semua orang harus tau juga ya? Nggak 'kan.

Yah itulah fenomena saat ini yang sering kita temui. Kalau dulu curhat tuh sama sahabat, sekarang curhat di medsos. Trus punya masalah dengan orang lain, dikit-dikit nyinyir di medsos, lihat teman yang hidupnya tampak "bahagia", dinyinyirin juga. Liat teman berhasil, dinyinyirin juga. Duhhh, yang masih suka begini, sepertinya mainnya kurang jauh alias kurang piknik deh, hehehe. Apalagi kalau cowok hobi nyinyir, cocoknya dipanggil sis, bukan bro, hehehe.

Hobi nyinyir dan curhat di medsos juga menunjukkan pribadi kita loh. Misalnya, dikit-dikit curhat, bukan nggak mungkin orang bakal menilai kita rapuh, galau, lemah, dan sebagainya. Atau dikit-dikit nyinyir, maksud kita mau nyindir seseorang, bisa jadi orang justru menilai kita tukang sirik lah, nggak suka liat orang seneng lah, dan sebagainya. Tak hanya itu, hobi nyinyir juga menunjukkan kualitas kita. Masih inget seleb senior cantik yang juga seorang doktor, yang hobinya twitwar? Penilaian orang tentang dia menjadi bergeser setelah tau bahwa orang ini hobinya twitwar dan nyinyirin orang, secara dia orang berpendidikan.

Jujur, saya juga pernah menjadi 4LL4Y (baca: alay), saat-saat di mana baru mengenal medsos, apapun diposting, apapun dibuat status, nyinyirin orang juga pernah. Tapi rasanya malu juga sama umur kalau masih suka nyinyir atau galau, dikit-dikit boleh lah galau, tapi jangan sering-sering, hehehe. Nyinyir bolehlah, asal tau tempat. Daripada nyinyir atau galau di medsos, jadikan ke-nyinyiran dan kegalauan kita jadi tema di blog, trus ditulis. Dibaca banyak orang, syukur-syukur bisa menginspirasi. Ya udah deh, intinya kurang-kurangilah nyinyir yang nggak penting, lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Trust me.


When Mommy Back to Campus Part#10: Ekspektasi VS Realita


Akhirnya bisa update blog juga. Maklum, namanya juga seksi sibuk merangkap seksi wira-wiri, kerja, kuliah, momong anak dan bapaknya, nggarap tugas kuliah, belum lagi urusan “internal” dan "eksternal" lainnya. Beberapa bulan ini memang kerjaan dan tugas kuliah sama-sama padat merayap, alhasil saya nggak sempat update blog. Padahal aari awal memutuskan menjadi seorang blogger (cieee blogger), saya sebenarnya berkomitmen pokoknya minimal seminggu sekali harus update blog. Tapi ya gimana lagi, realita tak selalu seindah ekspektasi, selain waktunya yang nggak sempet (atau males), seringkali  ide tidak mudah muncul juga. Maafkan saya yah, kalau saat ini baru bisa menyandang  gelar “partime blogger”.

Bicara soal realita tak seindah ekspektasi, pasti kita udah sering mengalami ya. Apalagi kaum perempuan, mamah-mamah muda seperti saya (seperti saya?helloo...) pasti sering banget mengalami moment-moment di mana realita tak seindah ekspektasi. Contohnya? Banyakkkk. Pernah belanja baju di online shop? Pas liat fotonya, keren banget ya, apalagi dipakai oleh modelnya cewek-cewek Korea gitu, cantik banget dah pokoknya. Pas paket udah sampai, komentar pertama kali, "ihhh kok begini sih? beda sama di foto". Contoh lain, saat kita cari model gaya rambut di internet, fotonya disave, trus pas di salon fotonya ditunjukin ke mbak kapsternya, "mbak, saya mau potong model begini". Pas udah selesai liat hasilnya di kaca sambil komentar "mbak, kok jadinya begini sih? Saya 'kan mau modelnya yang ini". Mbak kapsternya dengan muka males jawab, "kan jenis rambut dan bentuk muka mbak juga beda dengan yang di foto". Hehehe.

Sebenarnya ada beberapa motivasi yang membuat saya memutuskan untuk kuliah lagi, terlepas dari bidang kerja saya, pertama saya memang tertarik untuk mempelajari lebih dalam lagi Human Resources Management alias Manajemen Sumber Daya Manusia. Saya menemukan passion saya di sini. Sekali lagi, nggak ada hubungannya dengan pekerjaan saya. Yang kedua, saya menyukai belajar hal-hal baru, bertemu orang baru, dan dunia baru. Yang ketiga, saya mendapat dukungan dari keluarga, terutama papi Juno, dan juga Profesor saya waktu itu. Jadi memang tak ada hubungannya dengan pekerjaan saya ya.

Namun selain beberapa motivasi di atas, ada satu alasan lagi yang membulatkan tekad saya untuk melanjutkan kuliah lagi. Saya ingin kurus. Helooo?!?! Agak nggak masuk akal sih, tapi ini serius loh, seperti halnya kebanyakan perempuan lain, saya sangat terobsesi untuk memiliki badan yang langsing. Saya tau ini adalah pola pikir yang sangat sempit yang dimiliki oleh kebanyakan kaum perempuan, tapi tidak dapat dipungkiri, memiliki tubuh yang langsing dan sehat adalah impian sebagian besar perempuan. Bukan hanya terkait penampilan yang lebih nyaman, namun juga kaitannya dengan kesehatan. Walaupun ada juga yang berpikiran lain, menurut saya itu wajar.  Waktu kuliah S2, di sebuah kelas, professor saya pernah mengatakan begini, “kalau kalian ingin kurus, silahkan melanjutkan kuliah S3, begadang membaca artikel, mengerjakan tugas-tugas, bisa membuat kalian kurus.” Saya yang sangat ingin kurus, tentu saja sangat termotivasi dengan ucapan Profesor saya saat itu, hehehe.

Saya ingat, moment saat saya merasa langsing setelah menikah adalah saat menyelesaikan tesis, 2 tahun lalu. Saat itu karena mengejar waktu wisuda, saya begadang tiap malam, kadang nggak tidur sampai pagi, langsung dilanjut ngantor, atau hanya tidur 2-3 jam saja, hingga lupa makan. Alhasil saat itu berat badan saya bisa mendekati saat menikah, dan bahkan saat wisuda bisa mengenakan kebaya yang saya kenakan saat akad nikah. Lebay memang, tapi bagi saya itu sesuatu banget. 

Dan setelah melanjutkan kuliah S3, saya berharap apa yang dikatakan Profesor saya waktu itu terjadi, saya bisa kurus. Ini tahun kedua saya kuliah, namun yang terjadi sebaliknya, berat badan saya justru bertambah, hiks hiks, tidak seperti yang diharapkan. Mengapa bisa begitu? Awalnya saya juga bingung, mengapa bisa begitu, padahal hampir tiap malam saya begadang, siangnya kerja dan kuliah, wira-wira kampus-kantor, tapi kok malah berat badan naik ya. Saya jadi mudah lapar, mungkin karena harus fokus ke beberapa hal bersamaan, otak terforsir, alhasil saya jadi mudah lapar. Walaupun saya nggak makan nasi, tapi kalau makan bakso, ayam geprek, pizza dll, ya tetap aja ngaruh.

Saya juga sempat googling, normalnya begadang menyebabkan berat badan turun, tapi ternyata begadang juga bisa menyebabkan naiknya berat badan. Ternyata begadang berpengaruh pada hormon kortisol dalam tubuh kita. Hormon ini menyebabkan kita selalu ingin ngemil atau makan. Selain itu begadang juga menghambat metabolisme dan menyebabkan jumlah hormone ghrelin meningkat. Hormon ini berkaitan dengan nafsu makan. Saat hormon ini tidak bekerja dengan baik, maka seseorang akan mempunyai nafsu makan yang lebih besar dari biasanya. Dan biasanya orang yang kurang tidur, akan memilih makanan manis dan berkalori. Nah loh, pantesss.(https://www.vemale.com/segar-dan-rileks/46321-begadang-bisa-bikin-gendut-ini-alasannya-4.html) 

Selain itu sejak kuliah lagi, saya jadi nggak ada waktu lagi untuk berolahraga dengan cukup. Kalau dulu, saya masih sempat ikut senam, pilates dan yoga, sekarang boro-boro untuk itu, mending waktunya dihemat buat istirahat, tidur atau sama keluarga. Semester lalu sih masih sempat bersepeda sama Juno dan papinya, tapi karena kesibukan, sekarang udah jarang juga, hiks hiks. 
Dikomentari orang udah biasa, “mbak, gemukan ya.” Atau “mbak, hati-hati lho, sekarang gemuk, kuliah kok malah gemuk”, atau ada juga yang lebih “makjlep”, “mbak, kok sekarang gemuk sih, emang suami nggak protes?” Duhh pertanyaannya kok gitu banget sih ya, hehehe. 

Perempuan yang udah pernah melahirkan, gemuk itu kan wajar ya. Bersyukurlah bagi yang nggak punya “bakat” gemuk, jadi biarpun makan banyak tetep kurus, seperti beberapa teman saya, makannya banyak, tapi tetap kurus. Lah saya, mau makan dikittt aja, berat badan pasti naik. Kalau ada yang komentar demikian, jawaban saya selalu sama, “iya nih, sekarang jadwal kuliah masih padat, jadi nggak ada waktu buat olah raga. Nanti kalau jadwal kuliahnya udah nggak padat, baru bisa olah raga lagi. Dan bersyukur, suami saya bukan orang yang ribet dengan berat badan saya.” Hehehe.

Ahh, realita memang tak selalu seindah ekspektasi. Atau kita saja yang kurang bersyukur. Mungkin saja. Happy weekend.