expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Saturday 10 September 2016

Soulmate

Saya tidak begitu ingat kapan saya beli buku ini, tapi kira-kira 1,5 tahun yang lalu.Waktu itu saya ke sebuah toko buku untuk mencari buku referensi tugas salah satu mata kuliah, kalo gak salah. Setelah dapat buku yang saya cari, iseng saya menuju ke rak yang bertuliskan "novel".Pandangan saya langsung tertuju pada buku dengan cover yang cukup mencolok. Saya ambil buku tersebut,kebetulan di sana tidak ada satupun buku yang tidak terbungkus plastik,semuanya terbungkus,jadi saya tidak bisa lihat isinya,hanya bisa melihat cover depan dan belakang buku tersebut. Penulis novel adalah Agung Webe. 

Saya baca cover belakangnya, sinopsis novel ini. Kira-kira begini, novel ini menceritakan tentang laki-laki dan perempuan yang sudah berkeluarga, tapi masing-masing merasa bahwa mereka dipertemukan karena takdir, pertemuan yang tidak direncanakan,sebuah kebetulan yang mengisyaratkan bahwa mereka adalah soulmate alias belahan jiwa. Sekali lagi, mereka masing-masing sudah memiliki keluarga yang sempurna,pekerjaan bagus,materi cukup,pasangan yang sempurna dan anak yang lucu. Sempurna sekali.


Setelah membaca sinopsisnya,entah kenapa saya tertarik untuk membaca isinya.Iya,ini adalah novel,saya tahu,tentu saja ceritanya fiksi,kalaupun riil pasti ada banyak bumbu di sana.Tapi saya penasaran dengan ceritanya.Sayapun membeli novel tersebut. Dalam beberapa hari saya menyelesaikan membaca novel tersebut.Kira-kira begini ceritanya, dalam novel ini ada 2 tokoh,namanya Rizal dan Ajeng,dua-duanya sudah berkeluarga.Mereka bertemu secara kebetulan dan merasa bahwa mereka berdua adalah soulmate alias belahan jiwa.Menurut mereka,mereka dipertemukan secara kebetulan,bukan egomate apalagi birahi-mate,rasa cintanya membara,dan rasa sayangnya tulus.Dua tokoh dalam novel ini "mengklaim" mereka adalah soulmate yang dipertemukan pada waktu yang tidak tepat.Dengan pembelaan tersebut,rasa cinta dan sayang yang tulus kepada soulmate bukanlah rasa yang harus dibunuh hanya karena menutupi norma-norma yang ada.Hemmm...

Membaca novel ini cukup menguras emosi ternyata,hehehe.Sebel banget membayangkan bagaimana Rizal dan Ajeng diam-diam bertemu di luar rumah,apa saja yang mereka lakukan,dan itu semua menurut mereka bukan hal yang salah,karena rasa cinta dan sayangnya tulus,bukan sekedar egomate ataupun birahi-mate (saya baru dengar istilah ini ya di novel ini.Membayangkan betapa menyakitkan berada dalam posisi sebagai pasangan mereka yang dikhianati dengan cara seperti ini.Helooo..sekali lagi ini cuma novel lho ya,hehehe.

Walaupun di endingnya banyak kejutan dan cukup ribet menurut saya,karena menyangkut kehidupan pararel,reinkarnasi,pastlife regression,dan cinta masa lalu,namun intinya novel ini melihat soulmate dari sudut pandang yang lebih dalam dan sarat makna. Secara harafiah soulmate diartikan sebagai teman jiwa atau yang lebih populer belahan jiwa.Artinya soulmate itu kaitannya hanya dengan jiwa atau perasaan,seperti rasa bahagia,rasa sedih,rasa senang dan sebagainya.Berbeda dengan perasaan karena ketertarikan fisik,suka,sayang,cinta dan akhirnya "sex".Walaupun soulmate hanya berhubungan dengan jiwa,namun soulmate lebih luas dari ketertarikan fisik.Soulmate tidak ada hubungannya dengan ketertarikan fisik,jadi soulmate bisa saja bukan dari lawan jenis,bahkan orang tua dan anak,sahabat,teman bisa menjadi soulmate.

Lalu bagaimana jika orang yang sudah berkeluarga merasa nyaman dengan seseorang yang bukan pasangannya dan merasa dialah soulmate-nya,seperti tokoh Rizal dan Ajeng dalam novel tersebut? Bagaimana jika kita merasa tidak bahagia dengan pasangan kita, apakah berarti pasangan kita bukan soulmate kita? Bagaimana jika yang tidak kita dapatkan pada pasangan kita, namun kita temukan pada orang lain, apakah berarti orang lain itulah soulmate kita? hemmm...

Namanya juga manusia, normalnya pasti selalu melihat ke atas, jarang banget melihat ke bawah. Lalu wajarkah jika kita membandingkan milik kita dengan orang lain? Wajar, so human. Namun wajarkah jika kita membandingkan pasangan kita dengan orang lain?Menurut saya, kembali ke pribadi masing-masing. Kembali ke tujuan hidup masing-masing. Apa sih yang mau dicari? Kalau yang dicari materi ya, udah pasti ngejar materi itu tak akan ada habisnya? Kalau yang dicari kesenangan dan kepuasan semata? Pastinya gak ada habisnya juga mencari sesuatu atau seseorang yang bisa "menyenangkan" dan "memuaskan". Tapi kalau yang dicari ketenangan dan kebahagiaan hidup? Toh banyak juga kok orang yang "terlihat" bahagia tanpa materi yang banyak. Emang sih semuanya wang sinawang, tak ada yang tahu takaran kebahagiaan, kecuali kita sendiri. Kalau dengan begini kita udah bahagia ya udah ga perlu melihat kebahagiaan orang lain.That's the point.

Lalu bagaimana dengan finding soulmate after married? Nonsense. Cuma pembelaan aja sih menurut saya, aslinya ya tidak ada bedanya dengan perselingkuhan, hanya dikemas dalam istilah yang cukup cantik "soulmate", tapi ujung-ujungnya ya pasti tetaplah menjadi "egomate" dan "berahi-mate". Sekali lagi ini kembali ke pribadi masing-masing, kembali ke tujuan hidup masing-masing. Happy weekend.

No comments:

Post a Comment