expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Tuesday 2 May 2017

Sekolah Bilingual Untuk Si Kecil, Perlukah?

sumber: PeduliSehat.info
Masih seputar obrolan saya dengan seorang teman beberapa hari yang lalu. Si mas ini memiliki seorang putra berusia 1 tahun. Karena dia dan istrinya sama-sama bekerja, mereka memutuskan untuk mencari TPA atau baby daycare untuk anaknya. Sudah beberapa sekolah disurvey, bahkan sempat mengikuti trial di sebuah sekolah, namun belum juga menemukan daycare yang cocok untuk anaknya. Malah saat mengikuti trial, teman saya bercerita, si anak menunjukkan sikap frontalnya dengan memukul teman-teman seusianya. Teman saya makin bingung. Sayapun menyarankan untuk segera "menyekolahkannya" supaya bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.

Teman saya ini sepertinya penganut aliran "semua yang mahal pasti bagus." Dia percaya, sekolah mahal, pasti kualitasnya bagus, jika anaknya disekolahkan di sana, dia akan mendapatkan pendidikan yang baik. Begitu kira-kira. Hampir semua baby daycare elite di Jogja sudah dia datangi. Beberapa adalah sekolah dengan beberapa pengajar asing dan bilingual. Iya, bilingual, sekolah yang menggunakan dua bahasa pengantar, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Teman saya ini sangat terobsesi dengan sekolah bilingual. Ketika saya tanya alasannya, katanya "aku dan istriku Bahasa Inggrisnya kurang bagus, jadi aku mau anakku jago Bahasa Inggris". Okey, alasan diterima. Cuma masalahnya, anaknya itu masih 1 tahun, helooo...hehehe.

Sebelumnya ada juga seorang teman saya yang terobsesi dengan sekolah seperti ini, tidak tanggung-tanggung, dia menyekolahkan anaknya di sekolah yang bukan hanya bilingual tapi trilingual, jadi selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sekolah tersebut juga mengajarkan dan menggunakan Bahasa Mandarin. Nah looo...tapi temen saya yang ini anaknya sudah agak lumayan sih usianya, kelas 1 SD atau sekitar 6-7 tahun.

Sebenarnya masuk akal sih alasan mereka yang ingin atau sudah menyekolahkan anaknya di sekolah Bilingual atau Trilingual. Supaya si anak jago bahasa asing, dan itu bagus untuk masa depannya. Namun untuk batita, seperti anak teman saya yang berusia 1 tahun hingga 3 tahun gitu, apakah anak sudah "layak" untuk disekolahkan di sekolah bilingual?

Karena sayapun penasaran, saya coba baca-baca beberapa artikel untuk menjawab rasa penasaran saya. Sebenarnya ada 2 pendapat terkait hal ini, ada yang pro dan ada yang kontra. Menurut yang kontra, mengajari anak bilingual sejak dini dapat menyebabkan si anak menjadi bingung dan tercampur-campur bahasanya, bahkan bisa mengakibatkan dia menjadi terlambat berbicara. Dan menurut yang pro, supaya si anak mudah memahami bilingual, dia harus diajari sejak kecil.

Misalnya saja anak yang orang tuanya berbeda warga negara, misalnya ibunya orang Indonesia dan bapaknya orang Inggris, maka sebaiknya orang tuanya berkomunikasi dengan si anak menggunakan bahasa masing-masing. Jadi si anak awalnya baru mengerti, dan pada usia tertentu dia akan mulai berbicara. Sebenarnya di Indonesia, bilingual sudah banyak diajarkan kepada anak, misalnya Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa atau Bahasan Sunda. Demikian juga Juno, dia terbiasa berbahasa Indonesia, namun ketika kami mengajaknya bicara dengan bahasa Jawa, dia paham, namun dia kesulitan untuk berbicara dengan Bahasa Jawa. Dalam hal ini anak tidak perlu mengikuti les, dengan sendirinya kelak dia kan bisa berbahasa Jawa.

Lalu bagaimana dengan bahasa asing? Apakah anak usia batita sudah cukup umur untuk diberikan pelajaran bahasa asing? Menurut beberapa artikel, hal ini tergantung pada si anak, jika perkembangan komunikasinya bisa dikatakan cepat artinya bicaranya lancar, kosakatanya lengkap, mudah paham, tidak masalah jika si anak diberikan pelajaran bahasa asing di usia dini. Namun, sebaliknya untuk kasus khusus, si anak perkembangan komunikasinya agak terlambat, kemungkinan mereka akan lebih sulit mengerti, sehingga sebaiknya dimantapkan dulu satu bahasa, baru bahasa lain.

Jadi peran orang tua di sini adalah mengamati perkembangan komunikasi si anak, apakah termasuk cepat atau lambat. Kalau si anak termasuk lambat perkembangan komunikasinya, sebaiknya jangan dipaksakan untuk bersekolah di sekolah bilingual, namun jika diajak berbicara sesekali menggunakan bahasa asing, tidak apa-apa. (sumber: http://mommiesdaily.com/2014/09/22/mulai-kapan-ya-sebaiknya-belajar-bahasa-bilingual).

Saya pribadi, tidak akan memaksakan Juno untuk bersekolah di sekolah bilingual. Saat ini kami masih mengamati perkembangan dan minatnya, namun bukan tidak mungkin nantinya kami akan menyekolahkan Juno di sekolah bilingual atau trilingual, namun tentu saja tidak di usia semuda itu juga, yahhh nanti lah kira-kira kalau Juno sudah lancar bicaranya, kosakatanya sudah lengkap, mungkin kami akan mempertimbangkannya. Lagipula kasihan juga anak seusia itu dipaksa harus belajar bahasa asing. Biarlah anak belajar sesuai dengan usianya, pada saatnya, tak perlu dipaksakan. Saat ini 'kan usianya bermain, ya biar saja dia bermain.

Di sekolahnya, Juno juga sudah belajar Bahasa Inggris, tapi ya terbatas pada bahasa Inggris untuk anak seusianya, seperti huruf alphabet, angka, warna, buah, hewan, dan sejenisnya. Saat ini dia sudah bisa berhitung dari 1 sampai 10 dalam bahasa Inggris. Sesekali kami di rumah mengajaknya bicara Bahasa Inggris menggunakan kosa kata sederhana, tanpa harus memaksanya untuk paham. 

Jadi, intinya sekolah bilingual itu sah-saja saja, tapi kurang tepat juga jika kita memaksakan pada anak. Ingat, kemampuan anak tidak sama lho. Jangan sampai karena obsesi orang tua supaya si anak jago Bahasa Inggris, justru berakibat yang kurang baik bagi perkembangan si anak. Yang jelas, kalau usia balita ke bawah seperti Juno, menurut saya, diajarin sedikit-sedikit kosa kata Bahasa Inggris tidak apa-apa untuk mengenalkan, bertahap by process, yang pasti yang harus ditekankan, two magic words, sorry and thank you.







No comments:

Post a Comment