expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday 19 December 2016

Jalan-Jalan Seru ke Tebing Breksi dan Candi Ijo

Beberapa kali saat sedang mengamati newsfeed facebook, saya melihat foto-foto pemandangan yang 'tidak biasa', berupa deretan tebing batu yang tinggi menjulang. Sayapun penasaran dan mencoba mencari tau dengan googling. Hemmm...ini tho yang namanya Tebing Breksi, obyek wisata yang lagi ngehits itu, patut dikunjungi nih pikir saya. Hari Minggu kemarin sebenarnya saya tidak berniat untuk ke sana, mengingat rutenya yang cukup ekstrim, kalau saya baca-baca di artikel online. Ditambah kemarin Papi Juno tidak bisa ikut karena ada kerjaan, jadi harus berfikir ulang jika tetap 'nekat' berangkat ke sana dengan mengendarai mobil sendiri. 


Sunmor Stadion Sultan Agung
Hari Minggu pagi jam 08.30 Saya berangkat bertiga dengan Ibu dan Juno, tapi niatnya bukan untuk ke Tebing Breksi. Kami menuju pasar Sunday Morning (sunmor) Stadion Sultan Agung Bantul. Kebetulan teman saya Novi, setiap hari Minggu pagi buka booth baju anak-anak di sana. Dan sudah berkali-kali Novi mengundang saya untuk datang ke booth nya di Sunmor Stadion Sultan Agung, namun karena kesibukan, saya belum juga sempat ke sana (sok sibuk banget ya saya ini,hehehe). 

Jam 10.00 kami keluar dari sunmor. Rencana selanjutnya adalah ke pantai atau ke gumuk pasir di sekitar pantai depok. Namun entah mengapa, sepanjang jalan arah ke pantai, pikiran saya bukannya ke pantai, namun saya penasaran banget pengen ke Tebing Breksi, tapi saya kuatir dengan rutenya yang ekstrim itu. Sampai di perempatan Manding, saya bertanya kepada Ibu saya,"Bu, kalau ke Breksi gimana?Tapi jalannya naik". Begini kata Ibu saya, "Kalau jalannya naik banget,ya nggak usah lah, ngeri". Saya yang emang penasaran banget mencoba 'berdiplomasi'."Pelan-pelan aja Bu,nanti kita lihat sikon, kalau jalannya serem banget, ya udah nggak usah dilanjutin. Apalagi Breksi deket dengan Candi Ijo lho Bu, kita bisa sekalian ke sana." 

Uji Nyali Part #1
Yesss,Ibu termakan omongan saya, beliau setuju, dari perempatan Manding, kamipun belok kiri ke arah Jalan Imogiri Barat, Imogiri Timur, Piyungan dan nembus ke Jalan Wonosari. Juno mulai mengantuk dan tertidur di pelukan neneknya. Dari Jalan Wonosari belok ke arah utara menuju Jalan Raya Piyungan-Prambanan. Begitu ada petunjuk jalan arah ke Tebing Breksi dan Candi Ijo, kami belok ke kanan (ke timur). Menurut petunjuk jalan, Tebing Breksi sekitar 2.5 km lagi, dan 3 km kalau mau ke Candi Ijo. Jadi tepatnya, kalau dari selatan, sebelum pondok pesantren modern MBS, masuk ke timur sekitar 2.5 km, di pinggir jalan ada petunjuknya, ikuti saja jalan tersebut.

Jalan mulai menanjak, tangan dan kaki saya mulai gemeteran. Jujur,sebagai seorang perempuan,ini adalah rute paling ekstrim yang pernah saya lalui dengan nyetir sendiri, biasanya sih kalau rutenya yang beginian, itu bagiannya Papi Juno, saya tinggal duduk manis saja. Semakin mendekati obyek, jalan semakin menanjak, dan beberapa bagian terdapat lubang. Berpapasan dengan kendaraan besar seperti bis atau truk semakin mengendurkan nyali saya, tangan dan kaki semakin gemeteran, namun saya berusaha tetap tenang supaya Ibu saya tidak takut. Namun sepertinya wajah saya yang pucat pasi tidak bisa berbohong. Sepanjang jalan Ibu saya berdoa. Alhamdulilah,setelah sekitar 15 menit menjalani 'uji nyali', sampailah kami di Tebing Breksi. Yeeiiii...

Tebing Breksi
amphitheater
Tiba di parkiran sekitar jam 12.00,kaki dan tangan saya masih gemeteran, jadi saya memilih untuk menenangkan diri lebih dulu di dalam mobil, sambil menunggu Juno terbangun. Oiya untuk masuk ke lokasi Tebing Breksi, dikenakan biaya parkir 5 ribu untuk mobil dan 2 ribu untuk sepeda motor. Dan untuk tiketnya, pengunjung dapat memberikan seikhlasnya. Kemarin waktu ke sana di lapangan parkir sedang ada perkemahan anak SMK. Dan pengunjung yang datang di Tebing Breksi cukup ramai. Sekali lagi, matahari sedang lucu-lucunya, panas luar biasa, untung saja kami membawa topi dan payung. Jadi teman-teman kalau mau ke sana, jangan lupa siapkan topi dan payung ya.




Begitu bangun, Juno sangat excited melihat tempat tersebut. Mungkin dalam pikirannya, tempat apa ini, tinggi dan besar. Pemandangan yang ada di Tebing Breksi adalah deretan tebing batu breksi yang tinggi menjulang. Awalnya merupakan bukit batu biasa, namun menjelma menjadi dinding tebing yang berlapis-lapis, karena aktivitas penambangan bahan material bangunan oleh warga sekitar, selama puluhan tahun. 

Menurut peneliti, Tebing Breksi atau juga dikenal sebagai Tlatar Seneng ini terbentuk jutaan tahun lalu, batuan kapur breksi merupakan endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran di Gunung Kidul, sehingga tempat ini merupakan salah satu cagar budaya yang harus dilestarikan. Untuk itu aktivitas penambangan bahan bangunan dihentikan, dan warga mulai menjadikannya sebagai obyek wisata yang unik dan artistik dengan membuat pahatan-pahatan indah di dindingnya. Saat ini Tebing Breksi merupakan salah satu obyek wisata di Jogja yang sangat hits, istilahnya instagramable, sehingga menjadi tempat pilihan untuk hunting foto atau foto pre wedding. (Sumber:http://piknikasik.com/panorama-tebing-breksi-jogja-keindahan-jogja-dari-atas-bekas-tambang)

Juno girang sekali melihat ada kandang burung dan banyak burung merpati di lapangan parkir. Hap hap hap...Juno jalan sendiri, tidak minta digendong. Alhamdulilah, berarti he's in a good mood and he likes this place. Tandanya dia menyukai suatu tempat adalah dia mau jalan sendiri, tidak minta digendong. Kalau dia tidak menyukai atau merasa tidak nyaman dengan tempat tersebut, biasanya dia tidak mau turun atau minta digendong. Pertama kali kami menuju aphitheater yang berada di samping lapangan parkir. Amphitheater merupakan suatu lahan luas, dengan tempat duduk kayu melingkar, cocok sekali sebagai lokasi penyelenggaraan event semacam konser musik gitu.

Setelah foto-foto di amphitheater, kami melanjutnya menuju ke bagian utamanya, yaitu tebing batu breksi yang tinggi menjulang. Untuk menuju ke puncak tebing, pengunjung harus melalui tangga batu. Dan di sepanjang tangga pengunjung dapat berfoto dengan burung hantu. Di sisi tangga terlihat dinding tebing yang dipahat gambar wayang. Tangganya cukup tinggi lho, jadi kalau capek, boleh kok duduk dulu di anak tangga, asal tidak mengganggu pengunjung lain yang mau naik. Juno dengan semangat naik sendiri hingga ke puncak. Good job, son.




Akhirnya kami tiba di puncak tebing. Puncak tebing merupakan lahan kosong dengan beberapa pohon tumbuh di atasnya. Panas? Pastinya. Selain bisa selfie-selfie, pengunjung bisa melihat pemandangan dari atas. Indah sekali. Sayangnya ya itu, panas dan tidak cukup tersedia tempat duduk di sana. Sepertinya waktu yang paling cocok untuk ke sana adalah sore hari, menjelang sunset, pada saat cuaca cerah, jadi pengunjung dapat menikmati sunset dari puncak tebing. Atau bisa juga pagi-pagi sekalian menjelang matahari terbit atau sunrise.



Setelah puas foto-foto dan menikmati pemandangan dari atas tebing, kami turun dan menuju foodcourt yang berada pada sisi timur untuk membeli minuman dan beristirahat sejenak. Naik ke puncak tebing cukup membuat kami ngos-ngosan. Oiya di lokasi Tebing Breksi juga ada mushola bagi yang mau menunaikan ibadah sholat. Setelah beristirahat sekitar 30 menit, kami turun ke lapangan parkir. Tujuan selanjutnya adalah Candi Ijo yang berada sekitar 500 meter ke timur dari Tebing Breksi. Sayang kan sudah sampai sini, masa nggak mampir, begitu kira-kira pikir saya.

Uji Nyali Part#2
Dari parkiran kami belok kiri menuju Candi Ijo. Uji nyali tahap kedua pikir saya. Jalannya menanjak dan rusak cukup parah, banyak sekali lubang. Saya sempat mau mengurungkan niat ketika melihat beberapa kendaraan putar balik, namun rasa penasaran saya lebih besar dari ketakutan saya. Bismillah, dengan tekad bulat saya melanjutkan perjalanan ke Candi Ijo. Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali...begitu Juno bernyanyi. Nggak tau dia kalau sepanjang jalan emaknya gemeteran dan pucat pasi. Alhamduliah, setelah melalui uji nyali tahap 2, akhirnya sampai juga kami di kawasan Candi Ijo. Setelah memarkir kendaraan, kami masuk ke komplek Candi. Sama seperti di Tebing Breksi, parkir mobil 5 ribu dan motor 2 ribu, dan untuk tiket masuk 5 ribu/orang.

Candi Ijo
Candi Ijo merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang belum banyak terekspos, merupakan candi yang letaknya paling tinggi di Jogja, yaitu 375 meter di atas permukaan laut.  Disebut Candi Ijo karena candi yang dibangun sekitar abad ke-9 itu dibangun di sebuah bukit yang dikenal sebagai Bukit Hijau atau Gumuk Ijo. (Sumber: http://www.tribunnews.com/travel/2015/05/19/menikmati-panorama-dan-misteri-candi-ijo-candi-tertinggi-di-yogyakarta.
Pada teras atas terdapat 1 candi utama dan 3 buah candi dengan ukuran yang lebih kecil. Selain berfoto, di sini pengunjung dapat menikmati semilir angin yang sepoi-sepoi, dan lokasinya yang cukup luas, membuat anak-anak kecil betah berlama-lama bermain di sana, termasuk Juno yang hampir tidak mau diajak pulang karena masih asyik bermain di sana, hadeh...


Setelah capek berkeliling, kami beristirahat dengan duduk di bawah pohon talok di sebelah timur candi. Semilir angin bikin saya ngantuk, hehehe. Sekitar jam 15.00 kami memutuskan untuk keluar dari komplek candi, namun sebelum pulang kami menikmati es dawet dulu di depan lokasi candi. Segarrrr...

Setelah menikmati es dawet kamipun turun arah pulang,sebenarnya saya masih ingin ke Candi Boko, karena tempatnya yang tidak begitu jauh,lagipula saya belum pernah ke sana. Namun kami sudah terlalu capek, jadi ke Candi Bokonya lain kali saja. Meskipun demikian hari Minggu ini rasanya puas banget, bisa ngajak jalan-jalan Ibu dan Juno, walaupun kali ini Papi Juno tidak bisa ikut, dan puas banget bisa melewati 2 kali 'uji nyali' rute ekstrim menuju Tebing Breksi dan Candi Ijo. Alhamdulilah tiba kembali di Bantul dengan selamat. 


Dan endingnya, tak lupa saya kirim foto-foto kami di Tebing Breksi dan Candi Ijo kepada Papi Juno, and he surprised because I didn't tell him before that we got there. Maaf pi, kali ini kami jalan-jalan sendiri tanpa kamu, dan tanpa ngasih tau dulu,jadi silahkan lihat foto-fotonya aja yah, hehehe. 
Happy working days.










1 comment: