expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday 26 December 2016

Juno Mau Jadi Apa?

Saya jadi ingat salah satu lagu yang dinyanyikan boneka susan jaman saya kecil dulu. Begini lagunya: "Susan, Susan, Susan...besok gede mau jadi apa? Aku kepengin pinter, biar jadi dokter." Ketahuan banget ya saya lahirnya di era tahun berapa, hehehe. Kalau anak sekarang pasti ngga tau yang namanya boneka susan. Boneka Susan adalah boneka yang populer di akhir tahun 80an hingga awal 90an. Boneka kecil yang bawel dan pintar menyanyi, yang selalu dibawa pemiliknya kemana saja, yaitu Kak Ria Enes. By the way, apa kabarnya ya Kak Ria Enes dan boneka Susan sekarang ya?

Dulu waktu masih kecil, pertanyaan yang sering ditanyakan kepada Susan tersebut juga sering ditanyakan kepada saya, dan pasti juga kepada anak-anak lainnya. Kalau sudah besar nanti kamu pengin jadi apa? Begitu kira-kira pertanyaan dari orang tua atau orang dewasa lainnya kepada kami yang saat itu masih kecil. Biasanya sih kalau kalau ditanya begitu, saya (dan anak-anak lain) pasti akan menjawab profesi-profesi yang populer, seperti dokter, guru, insinyur, ABRI (sekarang TNI), pilot dan lain-lain, pokoknya profesi-profesi idaman anak kecil waktu dulu lah. Lalu waktu itu jawaban saya apa ya? Sudah jelas, dokter lah, hehehe. Siapa sih yang nggak ingin jadi dokter? Pekerjaan yang menurut saya, dan pasti juga menurut anak-anak lain waktu itu, keren banget pakai baju putih, bisa ngobatin orang sakit dan identik dengan kecerdasan, mungkin begitu kira-kira alasan kami waktu itu ketika ditanya alasan ingin menjadi dokter.

Waktu berlalu. Tapi saya masih ingat betul pertanyaan dan jawaban saya waktu itu. Dan sekarang, apakah saya beneran menjadi seorang dokter? Ternyata tidak. Jalan hidup membawa saya hingga akhirnya saya menjadi seorang PNS, profesi yang tidak pernah saya bayangkan sewaktu kecil dulu. I'm happy being I'm now. Bukankah setiap orang punya garis hidup masing-masing, dan Tuhan menggariskan saya untuk mengabdi kepada negeri ini melalui jalan sebagai seorang PNS. Eaaaaa...lebay banget deh saya. Tapi serius lho ini, walaupun impian saya waktu kecil menjadi seorang dokter tidak dapat tercapai, it's ok. Semua profesi itu baik, tergantung bagaimana kita menjalankannnya saja, betul begitu kan?

Kembali ke pertanyaan di lagu Susan tadi. Apakah saya juga menanyakannya kepada Juno? Ya, tentu saja. Beberapa kali saya menanyakan kepada Juno. Tapi pertanyaannya agak sedikit saya ubah. "Juno mau jadi dokter?" begitu pertanyaan saya. Kok jadi terkesan mengintimidasi ya, hehehe. Bukan Juno namanya kalau dia setuju dengan pertanyaan saya. Begini kata Juno "Nggak, Juno nggak mau jadi dokter." "Lalu mau jadi apa Juno?", tanya saya lagi. "Juno mau jadi sopir pesawat helikopter". Sayapun terkekeh. 

Ya, anak sekarang beda dengan anak jaman dulu. Anak sekarang makin cerdas dan mempunyai pilihan sendiri. Juno baru berusia 3 tahun 4 bulan, dari hal-hal kecil seperti baju, sepatu atau topi yang akan dipakai saja, dia sudah bisa memilih mana yang dia sukai. Dan hal itu kadang bikin saya senewen, karena baju dan sepatu yang saya beli untuk dia seringkali dia tidak mau memakainya. Jadi ketika saya tanya 'Juno mau jadi apa?', walaupun dia belum paham betul, namun dia sadar kalau dia punya pilihan.

Apalagi jaman sekarang, profesi nggak hanya banyak, tapi buanyak banget, mau yang di social field atau science field, banyak banget pilihannya, banyak yang unik dan keren, yang jaman saya kecil dulu belum ada. Dan adanya pergeseran nilai, juga mempengaruhi perkembangan berbagai profesi, misalnya saja chef, dulu jarang banget kan anak muda mau serius sekolah culinary untuk menjadi chef profesional. Tapi begitu sekarang muncul banyak celebrity chef seperti Farah Quinn atau Chef Juna, profesi ini menjadi populer dan banyak diminati. Dan bahkan di hotel berbintang atau resto ternama, seorang professional chef bisa menjadi daya tarik tersendiri.

Saya jadi teringat, beberapa hari lalu saya berdiskusi dengan seorang pejabat di Jogja, sebut saja Bapak S. Beliau memiliki 1 putra dan 1 putri, putranya saat ini sekolah pilot di Filipina dan yang putri sedang sekolah professional chef di Singapura. Dan tahun depan putranya akan menyelesaikan pendidikannya. Beliau membebaskan putra-putrinya untuk melanjutkan pendidikan sesuai minatnya, dan apapun pilihan putra-putrinya, beliau akan memberikan dukungan sepenuhnya, asalkan si anak berkomitmen. Lain lagi dengan Bapak P yang saya kenal di sebuah seminar. Beliau juga seorang pejabat di Jogja, pernah bercerita kepada saya bahwa dari ketiga anaknya, tidak ada yang mengikuti jejaknya sebagai birokrat, dan salah satu putrinya saat ini berprofesi sebagai seorang professional MUA (Make up Artist). Dan beliau senang sekali dengan profesi putrinya tersebut. Komentar saya hanya satu, woww. Sangat menginspirasi.

Tentu saja kami, saya dan papinya, seperti halnya orang tua yang lain, memiliki harapan terhadap anaknya, pendidikan yang bagus, dan kelak mempunyai pekerjaan yang bagus, begitu kira-kira. Namun, bukan berarti apa yang tidak bisa kita raih dulu lalu dipaksakan kepada anak, dan anak yang harus mencapainya. Sempat juga saya punya pikiran seperti itu, pokoknya nanti Juno harus sekolah di sini, lalu di sini, terus di sana. Hehehe, emang mudah? Minat dan kemampuan anak 'kan belum tentu sesuai dengan harapan orang tua. Tapi banyak juga kok saya lihat anak-anak yang bisa 'sepemikiran' dengan orang tuanya, artinya keinginan si anak bisa sama dengan keinginan orang tuanya. Hemm, piye carane ben iso ngono? hehehe... Kayaknya kami, saya dan papi Juno harus banyak belajar lagi. Membuka mata selebar-lebarnya dan membuka pikiran seluas-luasnya. Yang jelas anak sekarang beda banget dengan jaman saya dulu. Mereka punya banyak pilihan, tidak hanya banyak, tapi buanyak banget.

Saat menulis ini, Juno sedang tertidur di samping saya. Sambil memandangi wajahnya yang tertidur pulas, saya bilang ke Papi Juno, 'Juno kok udah gede banget sih Pi, cepet banget'. Don't grow up too fast, son. Jangan tumbuh terlalu cepat, Nak, supaya kami punya cukup waktu untuk belajar menjadi orang tua yang terbaik untukmu. 




No comments:

Post a Comment