Life goes on. It gets so heavy. The wheel breaks the butterfly. Every tear, a waterfallin the night, the stormy night. She closed her eyes in the night, the stormy night. Away she flied.
She dreamed of para-para-paradise. Para-para-paradise. Para-para-paradise. Whoa-oh-oh-oooh oh-oh-oh. (Paradise-Coldplay)
Pulang dari Pantai Drini pada hari Sabtu (28/1) lalu kami terjebak macet yang sangat parah, menggagalkan rencana kami untuk mampir ke Air Terjun Sri Gethuk. Agak kecewa sih karena seharian hanya dapat mengunjungi 1 lokasi, dan waktu terbuang di perjalanan karena macet. Untuk mengobati kekecewaan, besok paginya (Minggu, 29/1) kami bertiga kembali 'piknik' ke Gunung Kidul, tentu saja dengan tujuan utama adalah Air Terjun Sri Gethuk. Sebenarnya saya sudah pernah ke sana 2 tahun lalu, namun waktu itu hanya 'mampir' sebentar, sedangkan Papi Juno belum pernah ke sana sama sekali.
Jam 07.00 pagi kami berangkat dari rumah menuju Gunung Kidul, langsung ke tujuan pertama, yaitu Air Terjun Sri Gethuk yang terletak di Jalan Air Terjun Sri Gethuk, Bleberan, Playen, Gunung Kidul. Dari jalan raya, untuk mencapai lokasi Air Terjun yang cukup ndelik alias tersembunyi, sepanjang perjalanan kami melalui pemandangan yang indah, yaitu persawahan, kebun sayur, dan hutan pohon kayu putih yang asri. Setelah melewati jalan di tengah pemukiman penduduk, kami melewati hutan jati yang cukup rapat, sebelum akhirnya tiba di lokasi Air Terjun Sri Gethuk. Perjalanan lancar karena belum begitu padat. Kami tiba di lokasi sekitar jam 09.30.
Tangga turun menuju Sungai Oya |
Sampai di sana belum begitu ramai pengunjung, mungkin baru sekitar 30 an orang. Oiya, obyek wisata Air Terjun Sri Gethuk dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 s/d 16.00. Untuk masuk ke lokasi, pengunjung harus membayar tiket masuk seharga 10 ribu/orang dan parkir mobil 5 ribu. Kami hanya membayar 2 tiket masuk, karena anak kecil seusia Juno tidak perlu tiket.
Menyusuri sungai dengan gethek |
Di lokasi Air Terjun Sri Gethuk terdapat sebuah kolam pemancingan yang berada di area parkir. Dari tempat parkir pengunjung harus berjalan kaki sekitar 100 meter menuju ke lokasi. Di sepanjang jalan terdapat kios-kios yang menjual berbagai dagangan, mulai makanan hingga suvenir. Setelah berjalan sekitar 100 meter, pengunjung harus berjalan melewati tangga untuk menuju Sungai Oya yang kira-kira jaraknya sekitar 100 meter juga. Ada 2 pilihan untuk mencapai air terjun, yaitu jalan kaki menyusuri jalan setapak yang terletak di sisi kanan atas sungai, atau naik gethek atau rakit yang tebuat dari papan kayu dan drum bekas. Tentu saja kami memilih alternatif yang kedua, yaitu naik gethek, karena kelihatannya lebih seru daripada jalan kaki.
Yeiii, Juno naik gethek |
Untuk naik gethek, pengunjung harus membayar tiket seharga 10 ribu/orang PP. Tak perlu menunggu lama, kami bertiga naik ke gethek yang dikemudikan seorang pria muda ditemani seorang rekannya. Saat itu air Sungai Oya terlihat tenang berwarna coklat. Seingat saya, 2 tahun lalu saat ke sana, air sungainya berwarna hijau. Mungkin karena sedang musim hujan, saat kami ke sana kemarin, air sungainya jadi berwara coklat seperti susu. Kami naik ke gethek, suara mesin diesel mulai terdengar. Saya lihat wajah Juno tegang, sepertinya dia agak takut. Tanpa bersuara dia duduk merapat ke papinya. Gethek berjalan pelan melawan arus sungai. Pemandangan di sisi kanan dan kiri adalah tebing yang ditumbuhi pepohonan hijau, indah sekali seperti lukisan. Suara mesin gethek memecah keheningan di sepanjang sungai.
Hingga saat ini ada mitos yang dipercayai oleh penduduk sekitar terkait nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon nama ini berasal dari kata kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro, sehingga air terjun tersebut dinamakan Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu, masyarakat sekitar masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun. Percaya atau tidak? Wallahualam.
Air Terjun Sri Gethuk yang eksotik |
Sekitar 10 menit kami menyusuri sungai Oya, hingga akhirnya tiba di lokasi Air Terjun Sri Gethuk. Gethek berhenti, kami turun dan menapaki bebatuan yang dibuat menyerupai tangga. Suara air terjun memecah keheningan dan menggoda siapa saja untuk mandi di bawahnya. Terlihat beberapa abege mandi dan bermain di kolam yang berada tepat di bawah air terjun. Beberapa terlihat duduk di bebatuan dan membiarkan kakinya di dalam air yang jernih dan dingin. Beberapa lagi tampak asyik berfoto. Sayangnya Juno terlihat kurang enjoy di sana. Dia masih enggan bermain air di sana. Jadi kami memilih untuk berfoto saja.
Sekitar 30 menit kami berada di air terjun. Makin siang pengunjung semakin ramai, dan kebanyakan berasal dari luar Jogja. Kami kembali menaiki gethek untuk kembali ke tempat ketika kami naik tadi. Lagi-lagi wajah Juno terlihat tegang. Dia takut. Merapat ke papinya. Tiba di tepi sungai kami turun dan menaiki tangga, di mana di sisi kanan terdapat kios-kios penduduk yang menjual berbagai makanan dan minuman.
Mampir menikmati gorengan panas dulu |
Namun yang paling menarik tentu saja gorengan panasnya. Kami berhenti di sebuah warung dan beristirahat dengan beralaskan tikar di bawah pohon kelapa. Sambil menyuapi Juno bekal yang kami bawa dari rumah, kami menikmati gorengan panas. Mendoan dan tahu isi. Untuk minumnya kami memesan 1 kelapa muda utuh yang dibakar. Hemmm, kedengarannya lucu ya. Masa kelapa muda dibakar. Setelah dicoba ternyata enak juga. Rasanya tidak beda dari air kelapa muda biasanya, hanya karena dibakar jadi hangat. Hemmm, cocok sekali dengan gorengan panasnya.
Tak lama kemudian gerimis turun, dan disusul hujan deras, kami beranjak berteduh di warung. Thanks God, hujan turun setelah kami dari air terjun. Bagaimana jadinya kalau hujan turun ketika kami masih di air terjun? Di sana 'kan tidak ada tempat berteduh. Kemarin banyak pengunjung yang basah kuyup, kasihan juga ya, acara liburannya jadi agak sedikit terganggu karena hujan.
Kami berteduh sekitar 1jam di warung tersebut. Jam 12 an setelah hujan lumayan reda kami beranjak keluar menuju tempat parkir. Hujan masih rintik-rintik dan kelihatannya akan 'awet'. Puas sekali bisa menikmati keindahan Air Terjun Sri Gethuk yang eksotik dan penuh misteri. Kami masih punya tujuan selanjutnya sekalian arah pulang. Gunung Purba Nglanggeran dan Embung Nglanggeran, akan saya tulis di postingan saya selanjutnya.