expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Thursday 5 January 2017

Wisata Alam Magetan Part # 2 Air Terjun Tirto Sari

Air Terjun Tirta Sari, Kabupaten Magetan Jawa Timur
Setelah beristirahat sekitar 1 jam sambil menikmati gorengan panas di tepi danau, kami beranjak menuju Air Terjun Tirta Sari (atau Tirto Sari) yang masih berada satu lokasi dengan Telaga Sarangan. Jalan menuju Air Terjun Tirta Sari berada di salah satu sudut Telaga Sarangan. Saya tidak paham arah, tapi yang jelas dari sisi pintu masuk Telaga Sarangan, ke kiri terus sekitar 1 km, depan miniatur pesawat, nahhh di situlah loket tiket masuk ke air terjun. Untuk masuk ke Air Terjun Tirta Sari, pengunjung harus membayar tiket seharga 9 ribu/orang dewasa. Eitts, tapi jangan salah, walaupun loket tiket masuknya ada di dalam lokasi Telaga Sarangan, letak Air Terjun Tirta Sari tidak di dekat situ lho. Di depan loket tiket masuk sudah berjajar abang-abang ojek yang siap mengantar pengunjung ke lokasi air terjun. Saya sempat bertanya ke bapak penjaga loket, "Air terjunnya jauh nggak Pak dari sini?"."Lumayan, sekitar 1.5 km, bisa naik ojek atau kalau mau jalan kaki juga bisa." Berhubung kami membawa Juno, jadi kami memutuskan untuk naik ojek, dengan diantar 2 sepeda motor, dengan ongkos 10ribu/motor. Sekitar 1.5 km kami naik ojek, dan turun di sebuah ujung jalan perkampungan. Kami kira lokasi air terjun tidak jauh dari tempat kami diantar ojek, eh ternyata kami salah, kami masih harus jalan kaki untuk mencapai lokasi air terjun.


Pemandangan sepanjang jalan menuju air terjun

Jalan selebar 2 meter tersebut berada di ujung desa, mungkin dulunya adalah jalan setapak, namun karena pengunjung semakin banyak, akses jalan diperbaiki untuk memudahkan pengunjung yang ingin melihat air terjun. Cukup banyak juga pengunjung yang bersama kami menuju air terjun. Sesekali kami berpapasan dengan pengunjung yang kembali dari air terjun. Dengan hepi Juno jalan sendiri, dia berlari mendahului kami. Dia bersemangat sekali karena melihat sungai di sisi kanan jalan. 


Siapa yang tidak 'jatuh cinta' dengan pemandangan seperti ini?
Sepanjang perjalanan, sisi kanan dan kiri adalah bukit dan kebun sayur hijau, indah sekali. Sangat harmonis dengan suara gemericik air sungai di sisi kanan. Saat itu kami masih mengira lokasi air terjun tidak jauh lagi karena sudah terdengar suara aliran air yang deras. Lagi-lagi saya salah, ternyata itu bukan suara air terjun, tetapi suara aliran sungai. Kami melewati sebuah jembatan kecil berwarna biru, di bawahnya mengalir sungai berbatu dengan air yang sangat jernih. Beberapa anak ABG terlihat berfoto-foto di sana. Selepas jembatan, pemandangan masih sama, kanan kiri adalah kebun sayur, seperti sawi hijau, sawi putih, bawang merah, seledri dan lain-lain. Saya sukaaaa sekali melihatnya, seger banget rasanya. Bahkan saya sempat bilang ke Papi Juno,"Pi, besok kalau studiku udah selesai, aku mau berkebun, nanam-nanam sayuran gitu."

Menikmati perjalanan menuju air terjun
Sungai yang sangat jernih, airnya sedingin es
Walaupun capek, jangan lupa selfie ya



Kebun sawi yang hijau
Sejak sebelum jembatan tadi, seorang bapak penduduk lokal mengikuti kami, usianya sekitar 60 tahun. Beliau bilang akan mengantar kami ke air terjun, dan juga beliau menawarkan jasa untuk menggendong Juno. Oiya, tadi waktu di loket, seorang bapak juga sempat menawarkan kepada kami jasa untuk menggendong Juno, seperti yang dilakukan bapak yang ini. Tapi Juno masih semangat jalan kaki, belum minta digendong, lagipula pikir kami jika jalannya sudah tidak memungkinkan bagi Juno untuk jalan sendiri, kami berdua bisa bergantian untuk menggendongnya. Saat itu kami belum ada bayangan medan yang akan kami lalui. Jalan sempit yang kami lalui, semakin lama semakin sempit dan naik. 


Lagi-lagi kebun sayur hijau
Di sepanjang jalan ada beberapa warung milik penduduk yang menyediakan makanan dan minuman bagi pengunjung yang ingin beristirahat, juga ada toilet. Sudah sekitar 1 km kami berjalan kaki, namun air terjun belum juga tampak. Kaki saya sudah mulai pegal, capek sekali. Maklum, saya belum pernah naik gunung sekalipun, jadi ketika harus melalui medan yang seperti ini, bagi saya sudah berat banget. Berkali-kali saya bertanya kepada bapak tadi,"Pak, taksih tebih njih?" (Pak, masih jauh ya?)."Lumayan," kata si Bapak. Hadehhh.


Jalan setapak menuju air terjun
Jalan yang lumayan baik, berupa konblok hanya sampai jembatan biru tadi, setelahnya adalah jalan setapak yang semakin sempit, hanya cukup untuk 2 orang, tapi kalau berpapasan, ya harus jalan satu-satu. Tiba di suatu tanjakan yang cukup tinggi, saya merasa putus asa, kok jauh dan berat banget sih jalan menuju ke air terjun ini. Kata si Bapak, ini adalah tanjakan yang paling berat. Kaki saya sudah pegal sekali rasanya. Karena tidak memungkinkan bagi Juno untuk jalan sendiri, maka dia digendong papinya. Selepas tanjakan yang 'berat' tadi, rasa capek saya terobati dengan pemandangan di sisi kanan dan kiri yang sangatttttt indah. Sangat indah menurut saya. Bukit dan kebun sayur hijau, dan tampak pula bunga-bunga yang bermekaran di sela-sela warna hijau daun. Tak jauh dari situ ada warung penduduk, kami beristirahat sebentar di sana. Si Bapak juga ikut berhenti dan mengobrol dengan si pemilik warung. 


Kanan kirinya pemandangan seperti ini, sangat indah kan?
"Bu, ada aqua dingin?", tanya saya kepada ibu pemilik warung. "Di sini semuanya sudah dingin mbak, nggak perlu dimasukkan pendingin", kata si Ibu. Oiya ya, benar juga, di sini kan hawanya dingin, semuanya sudah dingin, kayak air es. Kami beristirahat sekitar 10 menit. Dari warung tersebut kami sudah bisa melihat air terjun yang dimaksud, di atas sana, dan rasanya tenaga saya sudah habis untuk naik ke sana. Suami mulai melanjutkan perjalanan sambil menggendong Juno, diikuti si Bapak. Saya masih berdiam, selonjor sambil mengatur nafas. Ngos-ngosan.


Air Terjun Tirta Sari
Tak lama  saya menyusul, dengan langkah terseok-seok. Suara air terjun mulai terdengar jelas, Papi Juno dan si Bapak sudah tidak terlihat, mungkin mereka sudah tiba di atas. Air Terjun Tirta Sari memang berada di atas, jadi untuk sampai di sana, harus naik tangga yang cukup lumayan tinggi juga, dan harus berhati-hati karena licin, karena cipratan air terjun. Sepanjang tangga menuju air terjun terdapat beberapa warung yang menyediakan kopi dan sate ayam atau kelinci. Akhirnya tibalah saya di Air Terjun Tirta Sari. 


Sebanding dengan perjalanannya
Perjalanan panjang dan 'sulit' tadi terbayar sudah dengan pemandangan air terjun yang indah dan sejuk. Saat kami tiba di atas, cukup banyak pengunjung yang di sana. Kebanyakan mereka mengabadikannya dengan berfoto dan selfie dengan background air terjun. Kami sendiri memilih melihat air terjun di sebuah warung sate, untuk menghindari cipratan air, karena kami tidak membawa baju ganti. Dingin dan sejuk sekali. Beruntung saat itu tidak turun hujan, jadi kami bisa menikmati perjalanannya dan keindahan air terjun


Juno di Air Terjun Tirta Sari
Sekitar 30 menit kami menikmati keindahan dan kesejukan Air Terjun Tirta Sari. Setelah puas, kami memutuskan untuk turun, karena Juno sudah terlihat lelah, begitu juga kami. Lagi-lagi si Bapak menawarkan kepada kami untuk menggendong Juno. Awalnya kami ragu, namun si Bapak meyakinkan bahwa beliau sudah biasa melakukan ini. Akhirnya kami mengijinkan beliau untuk menggendong Juno. Tak seperti biasanya ketika bertemu orang 'baru', Juno langsung mau digendong si Bapak dan bahkan memanggilnya 'Embah Kakung'. 


Kanan kiri kebun sayur
Si Bapak menggendong Juno di punggungnya, dan kami mengikuti di belakangnya. Tak lama kemudian Juno terlelap di gendongan 'Embah Kakung'. Karena sudah sangat lelah, saya berjalan dengan sangat pelan. Papi Juno dan 'Embah Kakung' sudah jauh di depan meninggalkan saya. Saya sangat menikmati perjalanan ini, karena sepanjang perjalanan saya bisa menikmati 'lukisan tangan Tuhan' yang luar biasa indah, bukit dan kebun sayur hijau. Saya sempat melihat beberapa penduduk lokal yang sedang memanen sayur. Damai sekali ya hidup mereka di sini, pikir saya.


Juno dan Embah Kakung
Akhirnya sampai juga saya di tempat tadi kami diantar ojek. Papi Juno dan 'Embah Kakung' sudah tiba di sana lebih dulu. Juno masih terlelap di pangkuan 'Embah Kakung'. Setelah istirahat sejenak dan berpamitan kepada 'Embah Kakung', kami kembali ke Telaga Sarangan dengan ojek. Kami minta diantar hingga ke parkiran dengan ongkos 20 ribu/motor. Benar-benar perjalanan yang luar biasa, melalui jalan setapak yang menanjak dan berbatu untuk melihat Air Terjun Tirta Sari, dengan pemandangan luar biasa indah di sepanjang perjalanan. Sejuk dan damai. 




Juno terlelap di punggung Embah Kakung
Capek memang karena harus jalan kaki sekitar 1 jam berangkat dan 1 jam lagi saat turun, tapi rasanya semuanya terbayar dengan pemandangan dan pengalaman yang luar biasa, apalagi kami membawa serta Juno, pasti akan menjadi suatu pengalaman yang akan selalu diingatnya kelak. Bagi penyuka wisata alam dan menikmati perjalanan dengan pemandangan alam yang indah, Air Terjun Tirta Sari ini sangat recommended.


Ternyata di sekitar Telaga Sarangan, banyak obyek wisata yang harus dicoba. Tak jauh dari telaga, ada wisata kebun strawberry dan Telaga Wahyu, salah satu telaga yang berada di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Merupakan telaga yang sangat tenang dan sangat cocok bagi yang hobi memancing. Cerita tentang wisata kebun strawberry dan Telaga Wahyu akan saya tulis di postingan selanjutnya. Have a nice day.


1 comment: