expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday 23 January 2017

Sorry Guys, Women Are Not Objects

sumber: http://womennotobjects.com/
Ada yang pakai WhatsApp (WA)? Pertanyaan saya aneh ya? Oke, pertanyaannya saya ubah. Ada yang saat ini tidak pakai WA? 
Saya yakin sebagian besar teman-teman sudah pakai WA. Walaupun ada juga yang tidak. Tidak dipungkiri, dengan adanya WA, semua urusan komunikasi jadi lebih mudah. Mau ijin ke bos untuk tidak ngantor, cukup WA saja. Ada janji ketemu dengan teman, tapi mendadak nggak bisa, tinggal WA, beres. Bagi para mahasiswa, ada kuliah pagi tapi mata susah banget untuk melek, tinggal WA teman nitip absen, dan masalah selesai. Bener 'kan, WA sangat membantu kita dalam urusan komunikasi.

Selain itu WA juga sangat membantu kita dalam menjalin silaturahmi. Walaupun sudah puluhan tahun terpisah, dengan adanya WA kita masih bisa ngobrol dan haha hihi dengan teman SD, SMP, SMP, SMU, kuliah, melalui grup WA. Komunikasi soal pekerjaanpun jadi lebih mudah melalui grup WA. Saking banyaknya grup atau komunitas yang dimiliki, tak jarang 1 orang bisa bergabung dengan banyak grup WA. Ada grup sekolah, dari SD sampai kuliah. Lalu ada grup kantor, grup keluarga, grup RT, grup arisan, grup pengajian, grup senam, pokoknya banyak bangetlah, tiap ada acara ngumpul-ngumpul dikit dibikin grup. Alhasil kalau hapenya tidak support jadi lola alias loading lambat.

Saya sendiri saat ini hanya bergabung dengan 4 grup, yang terkait dengan aktivitas saya sehari-hari. Sebelumnya saya sempat bergabung dengan 7 atau 8 grup WA. Namun karena berbagai alasan, saat ini hanya ada 4 grup WA yang saya ikuti. 

Sebenarnya apa sih fungsi grup WA, selain untuk memudahkan komunikasi? Koordinasi? Silaturahmi? Berbagi informasi? Atau sekedar untuk seru-seruan saja? Semuanya saya rasa betul. Dengan adanya grup WA, komunikasi jadi lebih mudah, koordinasi jadi lebih efektif dan efisien. Silaturahmi, jelas melalui grup WA kita jadi bisa bersilaturahmi dengan teman-teman lama. Sekedar untuk seru-seruan betul juga, karena postingan teman di grup WA seringkali memberikan hiburan tersendiri. Kalau ada yang posting gambar, meme atau cerita lucu, bikin ketawa. Biasanya langsung dicopas lalu dishare ke grup 'tetangga'. Atau kalau ada yang posting kata-kata motivasi, boleh lah dicopas juga, untuk dishare ke teman atau grup WA yang lain. Nah, kalau ada yang posting gambar atau meme yang agak 'saru' bagaimana? Misalnya foto perempuan seksi yang 'terlihat' bagian tubuhnya? Atau meme dengan foto perempuan seksi lengkap dengan tulisan yang cukup 'menggelitik'.

Apabila foto atau meme tersebut dishare ke grup yang semua anggotanya cowok, mungkin tidak masalah. Walaupun tidak semua cowok 'nyaman' dengan postingan-postingan seperti itu di grup mereka. Misalnya saja grup ronda, grup futsal atau komunitas lain yang biasa dilakukan para cowok. Sudah pasti anggotanya cowok semua 'kan? Nggak mungkin ada perempuannya. Paling istri-istri mereka saja yang ikutan baca, itupun kalau dibolehin sama suaminya. Atau kalau punya anak kecil, biasanya anaknya ikutan ngerecokin hape bapaknya untuk main game atau nonton youtube.

Saya pernah tanya ke Papi Juno, "Pi, grup WA mu yang isinya cowok semua ada yang suka posting gambar 'saru' nggak?". "Dulu pernah ada, tapi ada yang negur dengan alasan hapenya sering dipakai anaknya, jadi sejak itu nggak ada lagi yang share gambar saru," begitu kata Papi Juno, yang bergabung dengan beberapa grup WA yang anggotanya cowok semua. 

Dua tahun lalu, salah satu grup WA saya yang anggotanya cowok cewek, dengan jumlah seimbang, ada salah satu teman saya, cowok yang di awal adanya grup itu, sering sekali posting foto 'saru', yang hampir semuanya berupa foto cewek seksi. Awalnya kami semua tidak bereaksi, walaupun sempat juga kami para cewek ngomongin soal ini di luar grup. Terus terang, kami sebagai perempuan tidak nyaman ketika fisik perempuan dijadikan sesuatu yang dianggap lucu, lalu dishare di grup, yang di dalamnya ada perempuan juga. Bahkan beberapa teman cowok saat itu juga menyatakan tidak nyaman dengan postingan teman saya tersebut, tapi kami diam. Dan teman saya tersebut tidak berhenti memposting, masih sama, meme dengan foto perempuan seksi lengkap dan tulisan lucu.

Kondisi itu baru berhenti ketika seorang teman saya yang lain, cewek, menegur teman saya tersebut, sesaat setelah dia share foto seperti biasanya. Begini tegurannya,"Mas, minta tolong jangan ngeshare foto-foto yang saru dong, soalnya hape saya sering dilihat anak saya yang masih SD." Mungkin teman saya tersebut merasa tidak enak, dan setelahnya tidak pernah ada lagi postingan foto-foto saru di grup kami.

Memang teman saya tersebut sudah tidak lagi menshare foto perempuan seksi di grup kami. Setelahnya lebih banyak meme lucu, namun tidak ada lagi foto perempuan seksi. Suatu sore saya terkejut melihat seseorang menshare foto saya yang sedang menggendong Juno, dengan caption yang menurut saya sangat tidak sopan. Tidak perlu saya tuliskan di sini captionnya apa, yang jelas sangat tidak sopan. Ternyata yang menshare adalah teman saya yang sebelumnya sering share foto saru itu. Jujur saat itu saya marah. Beberapa teman perempuan men-japri saya, mereka kesal juga dengan ulah teman saya tersebut. Salah satu teman perempuan, bahkan mengingatkan saya, "Hati-hati Mbak, dengan orang ini." Sebagai perempuan saya merasa direndahkan. Menurut saya tidak ada yang aneh dengan fotonya, pakaian yang saya kenakan di foto tersebut juga biasa saja, captionnya saja yang tidak sopan.

Sesaat setelah foto tersebut dishare, grup sepi, tidak ada yang berkomentar, begitu pula saya. Lalu saya mencoba menanyakan, "Mas, maksudnya apa ya, kok share foto saya dengan caption seperti itu?". Beberapa saat kemudian, si Mas ini menjawab, "Aduhhh maaf Mbak, saya salah kirim. Tadinya mau saya kirim ke grup anak-anak buah saya." Dueerrrrr. Si Mas 'mesum' ini ternyata copas display picture (DP) saya di Blackberry Messenger (BBM), lalu bermaksud men-share ke grupnya dengan caption yang mungkin menurutnya lucu tapi sangat tidak sopan menurut saya. Apa yang ada di otak orang ini pikir saya saat itu. Kurang kerjaan banget. Saya sangat marah.

Tak lama, si Mas ini men-japri saya dan minta maaf. Saya tidak membalasnya. Saat itu kejadian tersebut tidak saya ceritakan kepada Papi Juno, walaupun saya marah, tapi saya malas memperpanjang masalah beginian. Beberapa hari setelahnya baru saya ceritakan ke Papi Juno. Benar 'kan, dia marah. Ya iyalah suami mana yang tidak emosi foto istri dan anaknya dishare ke grup dengan caption yang sangat tidak sopan. Saya tidak mau memperpanjang lagi kejadian ini. Masalah saya anggap selesai. Saat ini saya masih berteman baik dengan si Mas tersebut. Namun sudah lama saya tidak gabung lagi dengan grup tersebut.

Saya tak habis pikir, mengapa hingga saat ini masih ada saja cowok yang hobi ngeshare foto cewek sebagai bahan lucu-lucuan di grup. Tidak masalah kalau anggota grupnya cowok semua. Namun jika di grup tersebut ada ceweknya? Apa para cowok tersebut tidak memikirkan bagaimana perasaan para cewek ketika melihatnya. Apakah itu lucu? Menurut saya tidak. Sangat tidak lucu sama sekali. 

Pernah saya menegur dengan halus seorang teman cowok yang ngeshare meme dengan foto cewek bertubuh (maaf) sangat gemuk, lengkap dengan tulisan yang 'dianggap' lucu, tapi menurut saya tidak sama sekali. "Kenapa perempuan selalu menjadi obyek?", begitu saya tegur teman say tersebut, namun tidak ada respon, dan setelahnya masih saja foto-foto cewek bertebaran di grup. Jujur, saya tidak nyaman, mungkin juga teman-teman perempuan lainnya. Tapi saya males berkomentar, karena bisa jadi persepsi orang berbeda, bisa saja mereka akan menganggap saya sensitif, emosian, atau reseh. Lebih baik diam. 

Beberapa hari lalu pun saya sempat agak emosi ketika seorang teman cowok ngeshare di grup, foto saya yang dia foto dari belakang. Well, pertanyaan pertama saya, apa tujuan dia mengambil foto saya dari belakang. Jujur, saya sangat tidak nyaman melihatnya, karena bagian tubuh belakang saya terlihat sangat jelas. Saat itu juga saya langsung menegur dengan halus teman saya tersebut. Untuk memastikan apakah yang saya lakukan benar, saya bertanya kepada beberapa orang, salah satunya Papi Juno. Kata Papi Juno, "Ya, itu tidak etis, sudah benar kamu menegurnya." Saat itu juga foto tersebut langsung dihapus.

Saya yakin apa yang saya rasakan ini pasti juga dirasakan oleh perempuan lain. Menjadikan fisik perempuan sebagai obyek untuk lucu-lucuan itu sangat tidak lucu. Pikirkan perasaan perempuan yang melihatnya. Mungkin sebenarnya maksudnya hanya untuk lucu-lucuan saja, namun bukan tidak mungkin hal itu menyakiti perasaan kaum perempuan. 

Buat para lelaki, ingat ya sebelum menshare foto, meme atau apapun dengan wanita sebagai obyek, pastikan di grup itu tidak ada perempuan. Jangan jadi lelucon yang bias gender. Don't ever hurt women's heart. Women are not objects. Thank you.




No comments:

Post a Comment