expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Saturday 21 January 2017

Dear Husband on Our 5th Anniversary



Suamiku, 
Aku yakin kamu pasti tidak lupa. Hari ini, tepat lima tahun lalu. Kebetulan, harinya sama dengan hari ini. Sabtu, 21 Januari 2012, jam 08.00. Pagi itu jantungku berdetak sangat kencang, tenggorokanku tercekat, bibirku bergetar, dan hatiku berkecamuk. Ada berbagai rasa di sini. Bahagia, haru, lega dan takut. 

Aku bahagia. Sangat bahagia. Aku terharu dan lega, karena akhirnya hari itu datang juga. Hari yang kita nantikan. Namun aku juga takut. Kamu tahu apa yang aku takutkan? Aku takut kamu melakukan kesalahan ketika mengucapkan lafal Ijab Qabul. Aku juga takut riasan wajahku berantakan karena air mata. 

Suamiku,
Di dalam ruang rias aku menunggu. Aku mendengar suaramu. Aku mendoakanmu. Ya Tuhan, berikan dia ketenangan dalam mengucapkan lafal Ijab Qabul, jangan sampai dia melakukan kesalahan ketika mengucapkannya. 
Ya Tuhan, lancarkanlah semuanya. Kami telah menunggu cukup lama, biarkan hari ini berjalan dengan baik adanya. Biarkan hari ini menjadi hari kami yang sempurna. Biarkan hari ini menjadi awal kehidupan kami . 

Suamiku,
Di luar sana, di hadapan penghulu, di hadapan Bapak, keluarga dan orang-orang yang kita sayangi, kamu mengucapkannya dengan lantang dan lancar. Tak lama kemudian, terdengar suara hadirin yang mengucap "Sahhhh". Kamu resmi menikahiku. Kamu resmi menjadi suamiku. Aku resmi menjadi istrimu. 

Alhamdulilah. Aku tidak menangis. Kamu tau? Aku sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Jangan sampai aku menangis pada hari itu. Dan aku berhasil. Aku sama sekali tidak menangis, walaupun tenggorokan ini sakit sekali karena setengah mati menahannya.

Suamiku,
Itu bukan akhir. Hari itu adalah awal dari semuanya. Berapa tahun kita memperjuangkannya? Tiga tahun. Dan itu bukanlah sebentar. Usia kita tidak lagi muda ketika Tuhan mempertemukan kita (lagi). Untuk seorang perempuan, saat itu aku sudah bisa dibilang 'terlambat' untuk menikah. Aku pernah galau karenanya. Tapi aku tidak pernah menyesalinya. 



Suamiku,
Kurasa kita harus mengucapkan terima kasih kepada pencipta Friendster. Kalau saja tidak ada Friendster, mungkin kita tidak akan bertemu lagi. Aku bahkan lupa pernah menyimpan nomormu di hapeku, mungkin kamu juga. Aku tahu, saat itu aku bukan tipemu. Begitu pula sebaliknya, kamu juga bukan tipeku. Ehmm, jujur aku pernah naksir kamu sih, sedikit. Aku suka mata kamu, sipit dan lesung pipimu. Tapi jangan geer ya, karena aku naksir kamu cuma sedikit saja kok. Lagipula waktu itu 'kan aku punya pacar, hehehe.

Suamiku,
Aku terkejut ketika menerima pesan inbox darimu di Friendster. Ketika kutanya alasannya, kamu bilang karena melihat relationship statusku yang saat itu berubah dari in relationship menjadi single.  Kamu lucu juga ya.
Setelah itu kamu rajin nelpon aku, bahkan kita bisa telponan berjam-jam sampai pagi. Lucu ya kalau ingat itu. Kita bukan abege lagi, namun rasanya saat itu kita kembali ke masa abege. Kita jatuh cinta.

Suamiku, 
Christmas's Eve 2008, it was our first date. Kita nonton di 21 Ambarrukmo Plaza (Amplaz). Aku masih ingat judul filmnya. Quickie ExpressIt wasn't a romantic movie as a first date. Sangat tidak romantis. Masa, kencan pertama kamu ngajak aku nonton film komedi, bukan film drama romantis. Kita berdua tertawa sampai keluar air mata saat menontonnya. Dan setelah itu kita menjadi dekat.

Suamiku,
Seingatku kamu nggak pernah nembak aku. Jangan-jangan waktu itu cuma aku saja yang kegeeran padahal sebenarnya kita hanya friendzone saja ya, hehehe. Ah, sudahlah, itu kan masa lalu. Seingatku ya kita pacaran, 3 tahun lamanya. Memperjuangkan cinta. Beberapa kali kita sempat 'putus', tapi hanya bertahan dalam hitungan hari. Hati kita sama-sama tidak bisa mengingkarinya. 

Suamiku,
Aku memilihmu bukan tanpa alasan. Jangan dikira ya aku tidak laku. Coba saja tanya Ibuku. Tapi aku memang memilihmu. Aku suka kamu yang sederhana. Aku suka kamu yang apa adanya. Aku suka kamu yang tenang.  Kalau kata Mas Ryan D'Masive, ku suka kamu apa adanya. Kusuka kamu begini saja.

Suamiku,
Aku sadar, aku jauh dari sempurna. Cantik? Tidak juga. Mapan? Aku jauh dari itu. Lemah lembut? Sama sekali tidak. Aku tidak pernah menjanjikan apapun untuk mendampingimu. Satu yang pasti, dan kamu pasti tau, aku bukan lah perempuan manja yang menye-menye, aku siap untuk kerja keras denganmu. Itu saja. 


Suamiku,
Menikah ternyata tidak seperti yang kita bayangkan pada waktu pacaran ya. Saat masih pacaran dulu, bayangan kita tentang menikah itu cuma yang indah-indah. Siang malam bisa ketemu. Bisa jalan ke mana saja berdua, tanpa jam malam. Bisa liburan kemana saja berdua. Pokoknya indahlah. 

Setelahnya baru kita sadar, mengapa kisah dongeng Cinderela cuma berakhir sampai pernikahan Cinderela dan Pangeran? Ya karena kehidupan yang sebenarnya setelah menikah itu tidak seindah dongeng.

Suamiku,
Benar kata orang, lima tahun pertama adalah masa-masa tersulit sebuah pernikahan.  Kita belajar untuk saling berkompromi. Kita belajar untuk saling menerima da memahami. Tidak semua yang aku inginkan, kamu menginginkannya. Begitu pula sebaliknya. Apa yang kamu putuskan, belum tentu aku menyukainya. Seringkali kita bertahan dengan ego kita masing-masing. Itu biasa.



Suamiku,
Kita adalah dua orang yang sangat bertolak belakang. Bisa dibilang kita berbeda dalam segala hal. Aku cenderung well planned dan detil. Kamu sebaliknya. Ketika menghadapi suatu masalah, aku cenderung kemrungsung, kamu lebih rileks dan easy going. Aku cerewet. Kamu  lebih tenang dan sabar. Aku cenderung emosional, kamu lebih ngeflow dan woles.  Tidak hanya itu, soal makanan pun selera kita seringkali berbeda. Kesamaannya, kita sama-sama suka lagu-lagunya Coldplay, dan makan ayam geprek. Itu saja. Kita dua orang yang sangat berbeda namun saling melengkapi. Karena itulah kita saling jatuh cinta.

Suamiku,
Pasti tidak mudah hidup bersama perempuan cerewet sepertiku. Tapi kamu harus akui, punya pasangan yang cerewet sepertiku itu menguntungkan. Punya pasangan cerewet sepertiku, kamu jadi punya 'asisten pribadi'. Siapa yang selalu mengingatkanmu untuk ini, untuk itu, supaya begini, supaya begitu kalau bukan istrimu yang cerewet ini? Bukan cuma itu, kamu juga jadi punya fashion consultant gratis. Siapa yang selalu mengomentari penampilanmu, caramu berpakaian, dan potongan rambutmu, kalau bukan istrimu yang cerewet ini? Buktinya, kamu jadi lebih ganteng 'kan dibanding saat masih single dulu? Sudahlah akui saja. Punya istri bawel itu memang menguntungkan, hehehe.



Suamiku,
Lima tahun itu belum seberapa dibandingkan apa yang telah dilalui orang tua kita. Mereka telah hidup puluhan tahun bersama. Banyak sekali yang telah mereka lalui. Bukan hanya kerikil, aku yakin karang terjal pun sering mereka hadapi. See? Mereka tetap kuat dan saling menguatkan hingga saat ini. 

Suamiku,
Kita pernah jatuh. Kita juga bangkit bersama. Kita juga pernah mengalami apa yang namanya titik balik kehidupan. Kita pernah merasakan sejuknya angin pegunungan. Tapi kita juga pernah menghadapi badai. Aku rasa setiap pasangan pasti mengalaminya. Tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang mulus. Ingat, tidak ada yang seindah dongeng. 


Suamiku,
Aku sadar, aku bukan istri yang sempurna. Aku bukanlah istri yang bisa setiap hari masak, menyiapkan perlengkapanmu, menyiapkan makan pagimu, dan mengantar jemput Juno ke sekolah. Apalagi istri yang penurut dan lemah lembut. Aku sangat jauh dari itu. Aku juga tidak bisa selalu tampil sempurna dan langsing. Ingat, 9 bulan Juno berada di dalam perutku, mustahil untuk mengembalikan badanku seperti dulu. 

Suamiku,
Kamu juga bukan suami yang sempurna. Kamu masih sering bikin aku jengkel. Tidak ada di dunia ini yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Aku juga tidak pernah mengharapkanmu yang sempurna. Aku juga tidak mengharapkanmu memberiku harta yang melimpah. Kamu pernah bilang, harta itu membuat orang 'buta', tak usah berlebih, yang penting cukup. Sak madyo. Secukupnya saja. Dan untuk itu kita harus kerja keras. Lebih puas hasil keringat sendiri. Itu yang selalu kamu bilang. You're my man. You're always be my man.


Suamiku,
Terima kasih telah menerimaku dan mencintaiku apa adanya dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Terima kasih telah mendampingi perempuan berhati keras ini. Terima kasih telah mendampingi jatuh bangunku. Terima kasih telah mengajariku banyak hal. Bersamamu aku belajar apa itu ikhlas. Aku belajar apa itu tulus. Aku belajar apa itu kesabaran. Aku belajar apa itu sak madyo. 

Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk melakukan banyak hal yang aku sukai. Terima kasih telah membebaskanku menjadi diriku sendiri, dan memilih untuk menjadi ibu yang bahagia dengan caraku sendiri. Terima kasih telah mendukungku sepenuhnya.

Suamiku,
Bagi kita, Juno's always be our little wonder. Bocah kecil bermata bulat inilah yang selalu membuat kita takjub. Dialah yang mengubah pribadi kita menjadi pribadi orang tua. Dialah yang selalu membuka mata dan hati kita. Dialah penyemangat kita. Malaikat kecil inilah alasan kita melakukan semuanya. 


Suamiku,
Kita punya banyak impian, salah satunya hidup semeleh di usia 40 an. Fokus pada Juno, nonton konser Coldplay bertiga, dan menghabiskan masa pensiun dengan travelling berdua. Kedengarannya indah sekali ya. 

Sekali lagi, pernikahan tidaklah selalu seindah dongeng. Semuanya pasti mengalami yang namanya angin sejuk, angin kencang, puting beliung, bahkan badai. Tidak hanya kerikil, tapi juga batu karang. Tapi itu kembali ke tujuan kita, kembali ke mimpi kita. Insya Allah kita bisa melaluinya. Lihatlah orang tua kita, mereka puluhan tahun bersama, tetap kuat dan saling menguatkan, saling menerima kekurangan masing-masing. Saling mengimbangi. Kita harus belajar banyak dari mereka.

Suamiku,
Hari ini 5 tahun usia pernikahan kita, terima kasih telah mendampingi perempuan berhati keras ini. Terima kasih telah mendukungku untuk menapaki jalan kecil berbatu untuk maraih mimpi. Terima kasih selalu memberiku kesempatan untuk memilih. Memilih untuk menjadi diriku sendiri. Memilih untuk bahagia dengan caraku sendiri. Memilih untuk tetap menyalakan mimpi. Mimpiku. Mimpimu. Mimpi kita. 


Happy 5th Wedding Anniversary



Bali, 21 Januari 2017
Love you as always, Heny.

Ps: Sorry I'm not there to give you hugs and kisses. I promise, tomorrow we'll celebrate it. I've got something for you. Pls check under our bed , hope you like it :)


No comments:

Post a Comment