Weekend, satu kata yang terdengar saat indah di telinga, mungkin tidak hanya bagi saya, tapi juga bagi orang lain.Saya rasa tidak hanya saya yang selalu menantikan saat weekend,hampir semua orang selalu menantikan weekend. Saya pernah baca suatu artikel yang menyebutkan,ketika seorang pekerja mulai berpikir tentang weekend atau nungguin weekend padahal masih hari kerja,biasanya ada "sesuatu" terkait pekerjaannya. Apalagi,kalau masih hari Senin, udah ngitung weekend kurang berapa hari lagi,nahhh kalau itu sih udah parah banget,tinggal tunggu hari aja, mau resign kapan,hehehe.
Jujur, saya sendiri selalu menantikan weekend, kalau boleh lebay, saya sangat 'mengagung-agungkan' weekend.Tapi bukan karena alasan pekerjaan lho ya.Karena bagi saya, weekend itu saatnya ngecharge energi untuk seminggu ke depan.Weekend itu waktu untuk keluarga, terutama Juno.Tapi bukan berarti hari Senin saya udah ngitung hari ya,nggak segitunya juga kali,hehehe.Pernah iya,terutama ketika pekerjaan lagi banyak-banyaknya, tugas kuliah juga menumpuk, ditambah badan capek,biasanya sih jadi agak males.Sesekali wajar dong,manusiawi.
Sebagai seorang ibu bekerja,waktu saya untuk keluarga tentu saja tidak banyak. Dalam sehari bisa saja waktu saya di luar rumah (bekerja) lebih banyak daripada waktu saya bersama keluarga. Taruhlah jam 06.30 saya berangkat ke kantor,biasanya sampai rumah lagi maghrib,bahkan kadang lebih malam dari itu.Sampai di rumah,saya hanya 'sempat' bermain sama Juno atau ngobrol sama papi Juno beberapa jam saja,karena jam 22.00 atau paling malam jam 00.00 Juno sudah tidur. Kadang saya masih harus begadang untuk mengerjakan tugas kuliah.Bisa dihitung kan pada hari kerja berapa jam efektif saya bersama keluarga? Paling 3-4 jam saja per hari.Oke, itu alasannya mengapa saya sangat "mengagungkan" weekend.
Pernah, waktu saya tengah menyelesaikan studi S2, seorang teman mengatakan seperti ini pada saya,"Hen,kasihan ya anakmu,kamu tinggal-tinggal mulu". Terus terang, saat itu tenggorokan saya rasanya tercekat,sakit.Rasanya seperti ditampar. Membuat saya merasa sangat bersalah.Tak hanya sekali dua kali saja saya mendapat komentar seperti itu.Lalu bagaimana respon saya?Biasanya sih saya hanya menjawab singkat,"Ya kasihanlah,pasti".Saya malas berpanjang-panjang.
Pernah juga seorang teman dekat saya yang seorang ibu rumah tangga, mengatakan ini pada saya,"Mbak,enak ya kerja,bisa bebas dari kerjaan rumah,bisa punya uang sendiri,bisa dandan.Nggak kayak aku,capek,dari pagi ngurusin anak-anak dan suami,antar jemput sekolah, habis itu beres-beres rumah. Kerjaan nggak ada habisnya sampai malam." Maaf,kebetulan teman saya ini tidak memiliki asisten rumah tangga,jadi semua pekerjaan rumah dikerjakan sendiri.Saya tidak bisa berkomentar apapun selain mendengarkan curhat teman saya ini.
Dua kejadian di atas sebenarnya menggambarkan kegalauan para ibu,ibu bekerja seperti saya, dan ibu rumah tangga seperti teman saya.Sebagai ibu bekerja,siapa bilang saya tidak pernah galau?Sering.Tingkat kegalauan tertinggi adalah ketika anak sakit.Bisa dibayangkan?Saya rasa,semua ibu sepakat dengan saya soal ini.Anak sakit di saat banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, itu bikin galau banget.Saya ingat pada saat Juno berusia 10 bulan,kami memutuskan untuk "menyekolahkan" Juno di sebuah baby daycare.Itu membuat kami, saya dan papinya galau setengah mati.Juno masih 10 bulan, baru belajar jalan, belum bisa ngomong, dan harus sekolah,fullday pula,dari pagi sampai sore.
Seminggu pertama Juno sekolah saya tidak kuasa menahan air mata. Saya tak kuasa membayangkan bagaimana Juno di sekolah, bagaimana kalau dia nangis minta digendong, bagaimana kalau dia minta susu, bagaimana kalau dia mau bobok, bagaimana kalau ada temannya yang nakal? Bayang-bayang itu mengganggu saya,membuat saya tidak fokus bekerja.Alhamdulilah,kami bisa melalui saat-saat sulit tersebut.
Seminggu masuk sekolah Juno sakit batuk pilek.Dengan menyekolahkan anak di baby daycare,itu sudah konsekuensi yang harus diterima,satu anak sakit, anak yang lain bisa saja tertular.Juno panas,batuk,pilek,itu bikin kami galau lagi,sakit dan tetap harus bersekolah, membuat kami merasa sangat bersalah dan merasa menjadi orang tua paling jahat sedunia. Sebelumnya saya pernah galau juga setelah 3 bulan lamanya cuti melahirkan, dan harus kembali ke kantor.Berat banget rasanya ninggalin Juno yang saat itu masih bayi banget.
Pernah juga saya dapat laporan dari sekolah Juno,beberapa hari Juno "bete" di sekolah, rewel dan mudah marah.Beberapa hari kemudian baru diketahui mengapa Juno "bete", ternyata karena bu guru pengampu Juno, yang kebetulan namanya sama dengan nama saya,dipindah ke cabang yang lain.Beberapa kali Juno berganti guru pengampu, karena memang di sekolah Juno dibuat demikian,dengan tujuan supaya anak-anak dapat bersosialisasi lebih baik. Untuk anak seusia Juno, 1 ibu guru mengampu sekitar 4-5 anak. Sepertinya Juno sudah sangat cocok dengan bu guru yang namanya sama dengan nama saya ini, dan ketika tiba-tiba ibu ini dipindah ke cabang lain, Juno 'patah hati.Dan itu membuat saya,ibunya juga 'patah hati', karena ada 'wanita' lain selain saya dan eyangnya yang dicintai Juno.Apakah saya cemburu Juno 'menyayangi' bu guru nya?Of course,tapi saya harus menerimanya.
Menjadi ibu bekerja itu adalah pilihan. Kalau saya bisa memilih,tentu saja saya ingin 24 jam di rumah bersama Juno dan mengasuhnya sendiri.Tapi kondisi yang mengharuskan kami harus menyekolahkan Juno pada usia dini.Apakah kami menyesal? Tentu saja tidak,karena itu sudah menjadi pilihan kami,plus minus pasti ada,itu wajar.
Jujur,saya,mungkin juga dirasakan oleh para ibu bekerja yang lain,kami iri sekaligus salut dengan para ibu rumah tangga,seperti teman saya tadi,yang mengabdikan hidupnya bagi keluarga.Kami sadar,menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan terberat dan tak ada habisnya.Pekerjaan rumah itu pasti ada terus.Saya pernah mengalaminya waktu cuti melahirkan,3 bulan di rumah, dan memang pekerjaan rumah itu tak ada habisnya,apalagi punya bayi atau anak kecil.Hemmm...jangan harap deh rumah bisa selalu bersih dan rapi.
Saya sering membayangkan andai bisa punya lebih banyak waktu bersama Juno,bisa menemani Juno bobok siang, makan siang,hemmm...seems so much fun,hehehe.
Tapi ya bagaimanapun semua itu pilihan,menurut saya mau jadi ibu bekerja,mau jadi ibu rumah tangga, mau jadi ibu yang berbisnis sambil mengurus keluarga,tetaplah seorang ibu,tidak ada yang membedakannya.Setiap orang berjuang dengan caranya sendiri.Ibu bekerja,ibu rumah tangga,ibu pebisnis,semua merasakan sakit yang sama saat melahirkan,semua sama-sama bertaruh nyawa untuk melahirkan buah hatinya,tak ada bedanya kan.Yang membedakan hanya aktivitasnya saja.
Sebagai ibu bekerja,saya sadar diri,waktu saya bersama anak tidak banyak,jadi ya weekend adalah saat yang saya tunggu-tunggu untuk 'membayar' semua 'hutang' dan 'dosa' saya.Menghabiskan waktu bersama Juno selama weekend, memang tidak sebanding dengan waktu yang hilang, but sometimes quality's much more important than quantity. Waktu sedikit nggak apa-apa deh,yang penting berkualitas.Toh kami rasa Juno saat ini sudah bisa memahaminya.
Intinya,apapun aktivitasnya,seorang ibu ya tetaplah seorang ibu,tak ada bedanya. Mau bekerja, mau di rumah, mau berbisnis,itu pilihan, semua berjuang dengan caranya sendiri.Semua mengabdi dengan cara yang tidak sama.Saya menemukan beberapa quote yang menurut saya indah ketika membaca buku Pak Luthfi Subagio,antara lain sebagai berikut :
Bila anda seorang ibu,anda tak akan pernah benar-benar sendiri dalam pikiran anda. Seorang ibu harus berpikir dua kali, untuk dirinya sendiri dan untuk anaknya -Sophia Loren-
Tidak mudah menjadi seorang ibu.Kalau mudah, para ayah akan melakukannya - Dorothy dalam The Golden Girls-
Tak ada yang pernah membuat anda sebahagia atau sesedih, sebangga atau selelah, menjadi seorang ibu - Elia Parsons-
Menjadi ibu itu adalah anda bekerja dan anda melakukan 25 pekerjaan yang berbeda, dan anda tidak dibayar -Melissa Peterman-
Menjadi seorang ibu adalah salah satu pekerjaan paling menguntungkan di muka bumi sekaligus salah satu yang paling menantang - Debra Gilbert Rosenberg-
Have a nice weekend.
|
Hari ini, jalan berdua dengan Juno |
|
Selfie berdua |
|
Makan es krim berdua |
|
Juno dan tas barunya :) |
*ps : hari ini seperti biasa saya jalan berdua dengan Juno karena papinya ada kerjaan. Kami ke mall dari pagi karena Juno minta es krim su*da* coklat,yang adanya cuma di mall,selain itu kemarin saya menjanjikan membelikannya tas sekolah.Kemarin dia bilang pengen tas bergambar "Cars",tapi ternyata tadi di mall pilihannya berubah menjadi "kereta thomas".Dia hepi sekali.Sepanjang jalan pulang dia tertidur. Saat menulis ini, dia tiduran menonton televisi di samping saya.Bahagia itu sederhana. Berada di dekatnya selama 24 jam,tak kurang 1 detikpun.
* Ini baru kegalauan terkait soal anak ya,next saya akan tulis kegalauan ibu bekerja soal keluarga dan pasangan :)