expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Wednesday 3 August 2016

Kegalauan Seorang Teman,Apa Hubungannya Dengan MEA?

Beberapa hari lalu saya mendapat pesan text dari seorang teman.Teman saya ini,sebut saja si X,cowok usia 28 tahun,lulusan S2.Kami memang berteman baik,kadang kalo lagi "galau",dia sering curhat sama saya terutama soal cewek atau hal lain.Oiya,si X ini masih single.Kemarin lewat pesan yang dikirim ke saya,dia curhat,tapi kali ini bukan soal cewek,tapi dia lagi galau karena keluarganya saat ini sering menanyai soal pekerjaan.Ya,si X ini memang belum pernah bekerja.Belum pernah sama sekali,sejak lulus S1,pun sejak lulus S2.Pernah dia mendapat beberapa panggilan tes atau interview kerja,tapi hingga sekarang belum ada yang "nyantol".

Saat ini teman saya ini baru galau,karena keluarganya,terutama ibu nya sering sekali menanyakan kapan dia bekerja,apalagi sudah lulus S2.Sudah pastilah pertanyaan ini sangat sensitif bagi si X,dan alhasil membuat dia sedih,dan merasa bersalah kepada orang tuanya karena merasa telah mengecewakan mereka.Si X pernah mendapat tawaran bekerja sebagai dosen,namun dia tidak mengambil tawaran itu dengan alasan di luar Jawa,sementara orang tuanya berharap dia menjadi dosen.Nahh..di sinilah semuanya berawal.Orang tua si X sangat berharap anaknya menjadi dosen,sementara anaknya tidak ingin menjadi dosen namun ingin bekerja di perusahaan,manajer apa gitu,begitu katanya.Dan sayapun bingung mau jawab apa curhatan dia kali ini.

Siang tadi saat makan siang saya sempat melihat berita di televisi tentang penangkapan 70 orang buruh asal Cina di Banten.Mereka dibawa ke Mapolda Banten karena tidak bisa menunjukkan dokumen keimigrasian.Para buruh Cina tersebut bekerja di proyek pembangunan pabrik semen,dengan komposisi pekerja,30% tenaga kerja lokal dan 70% tenaga kerja asing.Anehnya gaji buruh Cina tersebut jauh lebih besar dari gaji tenaga kerja lokal,untuk ukuran pekerja kasar.Menurut data dari Polda Banten,buruh Cina ini mendapat gaji 15 juta/bulan,sangat jauh dibandingkan gaji pekerja lokal yang hanya sekitar 2 juta/bulan.Selain pekerja kasar,di sana ditemukan pula tenaga kerja Cina yang ditempatkan di kantor,dengan gaji yang cukup fantastis,20-25juta/bulan.Woww...(https://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2016/08/01/parah-polisi-tangkap-70-buruh-cina-ilegal-di-banten-gajinya-super-besar-dibanding-buruh-lokal/)


Cerita tentang teman saya tadi,dan penangkapan buruh Cina di Banten ,sebenarnya merupakan dua fenomena yang ada kaitannya dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),yang telah aktif dilaksanakan sejak tanggal 31 Desember 2015.MEA itu apa sih sebenarnya?MEA bisa diartikan sebagai suatu masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain, adanya perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN,dan usaha-usaha untuk menjadikan kawasan ASEAN menjadi lebih kompetitif,stabil,dan maju.


sumber : www.askrida.com
Tentu saja,dengan adanya MEA kita harus siap memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan-tantangannya.Nah,ngomongin peluang,apa saja sih peluang yang ditawarkan oleh MEA?Dengan adanya integrasi ekonomi, tentu saja pasar dunia menjadi lebih terbuka lebar.Selain itu membuka kesempatan Indonesia menjadi negara tujuan investor,dan semakin terbukanya sektor jasa,selain sektor perdagangan tentu saja.Selain memberikan peluang,MEA juga memberikan tantangan kepada kita.Lalu apa aja sih tantangan di era MEA?Dengan makin terbukanya pasar dunia,tentu saja akan meningkatkan ekspor,daya saing produk, dan daya saing Sumber Daya Manusia atau SDM.

Yang akan saya bahas di sini adalah tantangan yang ketiga,yaitu SDM.Ya,dengan adanya MEA,tentu saja SDM menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi.Dengan pasar dunia yang makin terbuka lebar,arus tenaga kerja akan semakin "deras",baik tenaga kerja yang masuk dan tenaga kerja yang keluar,dari segi kuantitas maupun kualitas.Artinya akan semakin banyak tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia,demikian pula akan semakin banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di 12 sektor yang menjadi prioritas MEA.Ya,ada 12 sektor yang menjadi prioritas MEA.Dari 12 sektor itu 8 adalah sektor perdagangan yang terdiri dari sektor pertanian,perikanan,industri karet,kayu,tekstil dan pakaian,otomotif,elektronik,teknologi informasi dan komunikasi.Dan 4 sektor jasa terdiri dari sektor kesehatan,pariwisata,perhubungan udara dan logistik.

Dengan adanya 12 sektor prioritas tersebut,sudah pasti profesi di sektor-sektor tersebut mempunyai peluang yang besar untuk masuk,sehingga perlu adanya Mutual Recognition Arrangement (MRA).MRA adalah kesepakatan antara 2 negara atau lebih mengenai suatu hal yang berhubungan dengan kepentingan negara-negara tersebut,misalnya kesepakatan mengenai impor barang dan bea cukai.Selain itu MRA juga digunakan untuk mengatur tentang profesi atau tenaga profesional tertentu.Nah,profesi apa saja sih yang sudah ada MRAnya?

Ada 8 profesi yang sudah memiliki MRA,yaitu insinyur,tenaga pariwisata,akuntan,arsitek,dokter gigi,tenaga survey,praktisi medis,dan perawat.Sudah pasti dengan adanya MRA,profesi-profesi tersebut akan menjadi "most wanted" di era MEA,namun bukannya tidak mungkin untuk masa mendatang akan makin banyak lagi profesi yang memiliki MRA.

Lalu apa bedanya SDM di era MEA dan sebelum MEA?Sudah pasti beda dong.Di era MEA peluang SDM profesional semakin terbuka lebar,baik di dalam maupun di luar negeri.Kalau sebelum era MEA,kualitas SDM lebih banyak ditentukan oleh background pendidikan dan pengalaman kerja,di era MEA kualitas SDM ditentukan oleh 4 hal,yaitu : (1)Kompetensi kerja yang didukung oleh Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) (2)Kemampuan Berbahasa asing (3)Etos Kerja dan (4)Kualifikasi kompetensi yang sesuai dengan pasar kerja Asean.

Nah,yang menjadi permasalahan di Indonesia saat ini adalah tingkat kompetensi tenaga kerja masih di bawah standar dan tenaga kerja yang sudah kompeten belum mendapat pengakuan secara resmi dalam bentuk sertifikat kompetensi.Sebagai contoh,Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri masih didominasi oleh tenaga kerja unskilled atau low skilled.Saat ini,orang melamar pekerjaan hanya berbekal ijazah,syukur-syukur yang sudah punya pengalaman bekerja,kesempatan untuk memperoleh pekerjaan lebih besar,namun bagaimana dengan yang belum punya pengalaman bekerja?Ya tentu saja harus bersabar,karena perusahaan biasanya lebih mengutamakan yang berpengalaman kerja.

Saya teringat bulan Maret lalu ketika Gubernur DIY,yaitu Sri Sultan HB X di sebuah acara resmi menyampaikan pengalaman beliau waktu berkunjung di salah satu negara di Eropa.Waktu itu beliau membawa rombongan penari dari Institut Seni Indonesia (ISI.Perdana Menteri bertanya kepada Sultan mengenai sertifikat kompetensi yang dimiliki oleh para penari-penari tersebut.Tentu saja penari-penari tersebut hanya memiliki ijazah dan belum memiliki sertifikat kompetensi.

Contoh yang lain adalah ketika saya mengikuti sebuah seminar,dimana narasumber menceritakan pengalaman putranya yang sedang menempuh study di Belanja.Suatu hari,putranya membeli buku tentang teknik memijat,dan di waktu senggang dia membaca dan dipraktekkan dengan memijat teman-temannya.Ternyata banyak teman yang cocok dengan pijatannya.Diapun iseng memasang iklan online jasa memijat,dan ternyata peminatnya banyak.Hingga suatu hari dia mendapatkan seorang pelanggan yang merupakan pejabat di Belanda.Pelanggannya tersebut menanyakan sertifikat memijat yang dia miliki,dan karena dia tidak memiliki sertifikat,si pelanggan menyarankan untuk mengurus sertifikat kompentensi memijat.Diapun segera mengurus sertifikat memijat,dan setelah dia memiliki sertifikat,pelanggannya semakin banyak,dengan tarif yang berlipat-lipat.


Selain kompetensi,yang tak kalah penting,yang wajib dimiliki oleh SDM di era MEA ini adalah kemampuan bahasa asing.Akan banyak tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia,begitu juga sebaliknya,tenaga kerja Indonesia profesional juga memiliki kesempatan besar untuk mengisi posisi-posisi strategis di sektor perdagangan dan jasa di Asean.Namun bukan berarti semua tenaga kerja asing bisa masuk ke Indonesia lho ya,semua ada prosedurnya,dan hanya jabatan-jabatan tertentu saja,yaitu tenaga profesional,tidak seperti buruh Cina di Banten tadi,kalau itu sih sudah pasti nggak bener alias ilegal.Dengan adanya arus tenaga kerja profesional,baik masuk maupun keluar,bahasa asing,terutama Bahasa Inggris menjadi sangat penting karena sudah pasti menjadi bahasa yang utama.

Kegalauan teman saya tadi adalah salah satu contoh fenomena yang banyak terjadi di era MEA.SDM di era MEA beda dengan era sebelum MEA.Kalau dulu ijazah plus pengalaman kerja sudah cukup,tapi di era MEA,itu saja tidak cukup.Banyak hal lain yang harus dipersiapkan untuk menghadapi MEA,terutama kualifikasi kompetensi yang ditunjukkan dengan sertifikat kompetensi dan kemampuan bahasa asing juga harus dimiliki.Have a nice day,salam hangat untuk keluarga.







No comments:

Post a Comment