expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Saturday 20 August 2016

Mas Sony,Teman Saya Yang Sangat Menginspirasi #1% Campaign

Kemarin adalah hari spesial bagi saya.Kenapa?Karena saya bertemu seseorang yang sangat spesial dan sangat menginspirasi.Namanya Mas Sony.Mas Sony adalah tunanetra yang saat ini bekerja di salah satu hotel bintang 5 di Jogja.Saya tahu sosok Mas Sony ini bulan lalu ketika saya mengunjungi hotel tersebut,untuk bertemu dengan Pak Budi,yang merupakan HR Managernya,terkait dengan Tenaga Kerja Asing (TKA).Ya,di hotel tersebut GMnya adalah seorang warga negara Inggris.

Saat itu saya bertanya Pak Budi, apakah di hotel ini sudah ada karyawan difabelnya.Kemudian beliau mengatakan kepada saya bahwa di hotel ada satu orang tunanetra yang bekerja pada divisi accounting.Pak Budi menambahkan,bahkan karyawan tersebut sangat mahir mengoperasikan komputer.Saya cukup surprised waktu itu.Pada waktu itu saya tidak bisa membayangkan bagaimana seorang tunanetra bekerja pada divisi accounting,yang dalam bayangan saya akan banyak berurusan dengan angka,dan tentu saja komputer.Sepengetahuan saya,sampai saat ini belum banyak tunanetra yang bekerja di perusahaan,sebagian besar dari mereka bekerja secara mandiri.Dan jika ada tunanetra yang bekerja di perusahaan,jabatannya sangat terbatas,seperti operator telepon atau posisi lain yang mobilitasnya tidak banyak.Waktu itu saya hanya membayangkan bagaimana Mas Sony bekerja,karena saya belum bertemu langsung dengan Mas Sony.

Seminggu kemudian saya menghubungi Pak Budi.Saya tertarik untuk memvideokan profil Mas Sony,sebagai bahan sosialisasi untuk memotivasi perusahaan lain,supaya mereka lebih concern terhadap teman-teman difabel,dan membuka kesempatan yang lebih luas lagi bagi teman-teman difabel untuk bekerja di perusahaan.Sebagaimana kita tahu,sudah ada UU No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang sekarang diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas,yang mewajibkan pemerintah dan perusahaan negara (BUMN dan BUMD) untuk mempekerjakan minimal 2% tenaga kerja difabel dari seluruh karyawan.Sedangkan perusahaan swasta diwajibkan untuk mempekerjakan setidaknya 1% tenaga kerja difabel dari seluruh karyawan yang ada.Bahkan di Yogyakarta sendiri sudah ada Perda yang mengaturnya,yaitu Perda No.4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

Meskipun sudah ada peraturan yang mengaturnya,namun perusahaan tampaknya masih enggan untuk merekrut difabel,sehingga masih sangat sedikit perusahaan yang mempekerjakan difabel.Di Jogja sendiri,dari sekitar 380an perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 karyawan,hanya sekitar 25an perusahaan yang ada tenaga kerja difabelnya.Ada banyak alasan mengapa mereka tidak/belum merekrut difabel,yaitu adanya persepsi negatif atau underestimate terhadap difabel,yang dianggap tidak siap untuk memasuki dunia kerja.Selain itu perusahaan beranggapan bahwa untuk mempekerjakan difabel,harus ada aksesibilitas,yang pengadaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Oke, kembali ke Mas Sonny lagi ya.Akhirnya saya mohon izin kepada pihak hotel di mana Mas Sony bekerja,untuk memvideokan profil Mas Sony sebagai bahan sosialisasi untuk memotivasi perusahaan,terutama yang belum mempekerjakan difabel.Selain itu juga untuk memotivasi teman-teman difabel yang lain.Alhamdulilah,pihak hotel menyetujui.Mas Sony adalah profil kedua difabel yang bekerja di perusahaan,yang sudah saya videokan.

Saya dan Mas Sony
Seminggu yang lalu saya dihubungi oleh pihak hotel yang menyatakan bahwa Mas Sony dan pihak hotel siap untuk diambil gambarnya pada hari Jumat 19 Agustus.Dibantu oleh sang sutradara yang kebetulan suami saya sendiri,hehehe...kamipun mempersiapkan segala sesuatunya.

Kami janjian dengan Mas Sony dan pihak hotel pada jam 10.Jam 10 kurang kami sudah tiba di hotel,kami menunggu di lobby.Tak lama Mas Sonny muncul,didampingi oleh HR Director dan Training Manager Awalnya saya khawatir bahwa Mas Sony akan kurang kooperatif.Saya juga sempat berfikir harus ekstra hati-hati ketika berbicara dengan Mas Sony,jangan sampai menggunakan pilihan kata yang salah.

Ternyata perkiraan saya salah.Sekitar 10 menit kami menjelaskan kepada Mas Sony tentang apa yang akan kami lakukan.Mas Sony sangat bersemangat,santai dan ramah.Saya beruntung karena pihak hotel yang kemarin menemani kami,Ibu Yola dan Ibu Anik sangat kooperatif dan support sekali.

Setelah survei beberapa lokasi akhirnya kami memutuskan untuk mengambil gambar wawancara Mas Sonny di taman.Kami meminta Mas Sony dengan posisi senyaman mungkin.Interview dimulai dengan Mas Sony menceritakan tentang dirinya.Mas Sony saat ini berusia 31 tahun, lahir di Jakarta dan menghabiskan masa kecilnya hingga kuliah di Semarang.Mas Sony dulu berkuliah di Universitas Diponegoro, Semarang.
pengambilan gambar Mas Sony
Tapi musibah tidak dapat dihindari,suatu hari sepulang dari kampus, saat itu sudah dekat dengan rumahnya,Mas Sony mengalami kecelakaan motor.Mas Sony tidak menceritakan secara detail tentang kejadian tersebut,tapi yang jelas musibah itu menyebabkan syaraf penglihatan Mas Sony "rusak".Awalnya hanya mata sebelah kiri yang benar-benar gelap,tapi akhirnya Mas Sony harus kehilangan kedua penglihatannya,kedua penglihatannya menjadi gelap,sama sekali tidak dapat melihat.Musibah itu terjadi pada tahun 2008,ketika Mas Sony tengah menyelesaikan skripsinya.

Tenggorokan saya tercekat mendengar cerita Mas Sony.Bisa dibayangkan bagaimana rasanya ketika Mas Sony tengah merajut mimpi untuk meraih gelar sarjana,tiba-tiba musibah terjadi dan merenggut kedua penglihatannya.Tentu saja Mas Sony membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi pada saat itu itu.Segala macam upaya telah dilakukan orang tua Mas Sony supaya penglihatan putranya bisa kembali, termasuk pengobatan di Singapura.Namun sayang,dokter di Singapura juga menyerah karena kecelakaan tersebut mengenai syarafnya.Pengobatan alternatif juga sudah dicoba,namun hasinya sama,penglihatan Mas Sony tidak bisa kembali.

Yang membuat saya terkesan adalah ketika Mas Sony mengatakan bahwa pada saat itu dia bisa menerima apa yang terjadi pada dirinya.Katanya "Ya gimana lagi Mbak,harus diterima".Tenggorokan saya sakit sekali rasanya.Membayangkan apa yang terjadi pada Mas Sony saat itu.Beruntung kampus memberikan kesempatan untuk Mas Sony.Dengan dibantu oleh teman-teman dan dukungan dari kampus, Mas Sony bisa menyelesaikan skripsinya dan memperoleh gelar sarjana.

Mas Sony saat bekerja
Setelah lulus kuliah,Mas Sony mengisi waktu dengan bergabung organisasi tunanetra dan menjadi sekretaris di organisasi tersebut.Pada tahun 2012 Mas Sony mengajukan lamaran ke sebuah hotel bintang 5 di Jogja,atas info dari keluarganya.Setelah melalui sekitar 5 kali interview,dengan bolak-balik Semarang-Jogja,Mas Sony akhirnya diterima pada Divisi Accounting sebagai store keeper atau staf gudang.Butuh sekitar 1 bulan bagi Mas Sony untuk beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan kerja yang baru.

Mas Sony harus menghafal tempat atau ruangan yang akan sering beliau datangi.Mas Sony juga harus menghafal tempat-tempat penyimpanan barang untuk setiap divisi,seperti barang untuk F&B Dept.(beras, kecap, minyak, dll,alat tulis kantor,letaknya di mana,stocknya tinggal berapa,siapa saja yang sudah mengambil,semua harus dicatat,dan ketika stock habis tentu saja beliau harus membuat laporannya.Dan sekarang setelah 3 tahun bekerja Mas Sonny sudah sangat hafal semua lokasi penyimpanan barang,dan sangat terbiasa dengan semua pekerjaan yang dilakukannya.

Untuk membuat laporan,Mas Sony bekerja dengan laptop yang dilengkapi dengan software screen reader.Yang membedakan dengan laptop biasa,laptop Mas Sony ada voice (suara)nya,tetapi untuk keyboard dan yang lainnya sama saja dengan laptop lain,dan tampak Mas Sony sudah sangat mahir menggunakannya.Kemarin saya sempat mencandai Mas Sony."Mas, laptop ini sudah seperti pacar Mas Sony ya "kata saya.Jawab Mas Sony "Iya mbak,tapi sayangnya tidak mau saya nikahi".Hahaha ...

Kemarin kami sempat melihat bagaimana Mas Sony bergaul dengan rekan-rekan kerjanya.Menurut saya,Mas Sony terlihat "tidak ada yang berbeda",dengan gaya bercanda khas pria usianya, Mas Sony so melted dengan rekan-rekannya.Saling ejek, saling bully, saling nggarapi,biasa banget.Sayapun dibuat tertawa dengan candaan Mas Sonny dan rekan-rekannya.So natural...
Bahkan salah satu dari rekan Mas Sony mengatakan bahwa ia belajar banyak dari Mas Sonny karena Mas Sony bekerja di sini lebih dulu, jadi lebih berpengalaman di store.Hemmm...luar biasa ya.

Kami juga sempat mewawancarai GM,Training Manager dan atasan langsung Mas Sony yang mengatakan bahwa Mas Sony selama ini kinerjanya sangat baik,walaupun tetap ada beberapa pemakluman bagi Mas Sony.Misalnya ada pekerjaan yang sangat urgent dan harus segera,biasanya secara otomatis rekan kerja akan menghandle pekerjaan itu.Overall Mas Sony sangat mandiri.Beliau hanya perlu bantuan pada saat makan siang di kantin,dimana beliau harus dibantu ketika memilih menu,atau ketika berangkat pulang bekerja,Mas Sony memiliki langganan ojek.

Memang pihak hotel dan rekan kerja sangat mendukung Mas Sony.Mereka sangat memahami kondisi Mas Sony dan memberikan kesempatan bagi Mas Sony untuk beradaptasi dan mempelajari pekerjaannya.Pesimisme pasti ada pada awalnya,namun pihak hotel berhasil melihat kemampuan Mas Sony,dan menempatkan Mas Sony pada pekerjaan yang paling pas dan nyaman untuk Mas Sony,sesuai kompetensinya.

Tapi di sisi lain Mas Sony juga mampu beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.Mas Sony yang cerdas dan memiliki semangat yang tinggi,tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dan mempelajari semuanya.Kata Mas Sony "Tak ada yang tidak mungkin Mbak,semua bisa dipelajari".Mas Sony yang supel dan ramah,dengan mudah "melebur" bersama rekan kerjanya.Mas Sony tidak menganggap kekurangannya menjadi hambatan untuk berkarya,bahkan justru itu menjadi pemacu semangatnya untuk terus maju dan mempelajari banyak hal.Beruntung Mas Sonny bertemu rekan kerja dan atasan yang sangat memahami kondisinya.Tidak ada pengkhususan,karena memang tidak ada yang berbeda dari Mas Sony.Mas Sony berada di sana karena Mas Sony mampu,seperti rekan-rekan lainnya.

Terima kasih Mas Sony untuk inspirasinya,sangat mengispirasi saya.Saya terkesan dengan ucapan Mas Sony "tak ada yang tak mungkin".Semoga dapat menginspirasi teman-teman difabel lainnya.Tak lupa terima kasih kepada Mr.Ian,Pak Budi,Ibu Yola,Ibu Anik,Ibu Monic dan semua rekan-rekan Mas Sony atas kerjasamanya,mudah-mudahan video ini nanti dapat memotivasi perusahaan lain untuk lebih concern terhadap teman-teman difabel.Terima kasih juga kepada bapak sutradara tercinta (hehehe)atas supportnya.

Saya akan share kisah inspiratif dari teman difabel lainnya di postingan saya berikutnya #1% Campaign

Have a nice weekend,salam hangat untuk keluarga.

No comments:

Post a Comment